Pontianak (Antaranews Kalbar) - Praktisi pendidikan usia dini di Pontianak, Kalimantan Barat, Sri Wartati menyarankan perlunya variasi mempersiapkan mental anak didik usia dini sebelum diberikan vaksin MR yang ramai diperbincangkan di tengah masyarakat dan kalangan anak-anak.

"Selain persetujuan orang tua untuk proses vaksin MR, kesiapan mental anak juga sangat dibutuhkan agar mereka tidak mengalami trauma akan jarum suntik," ujarnya di Pontianak, Kamis.

Sri Wartati yang juga pengelola play group dan TK Cerlang Pontianak mengaku telah menerapkan kegiatan sebelum melakukan vaksin, mempersiapkan mental anak selama tiga hari dengan melakukan beberapa kegiatan fisik anak.

Baca juga: TK Lanud Supadio vaksin MR

Anak-anak tersebut diajak untuk mengikuti kegiatan memanjat ketinggian untuk melatih keberanian anak-anak.

"Tentunya kita awasi betul untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka kita arahkan untuk membuat sendiri jalur memanjatnya, mulai dari meniti tiang bendera, memanjat kursi, meja sampai tangga dimana ini kita lakukan dengan membuat mereka gembira, namun melatih keberanian mereka," tuturnya.

Hal lainnya yang dilakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada anak-anak dengan nonton bersama bahaya penyakit Measles dan Rubella atau lebih dikenal dengan campak Jerman.

"Edukasi jelas sangat diperlukan bagi anak, agar mereka tidak takut di vaksin. Hasilnya, saat proses vaksin tadi, anak-anak justru rebutan untuk yang disuntik pertama, bahkan mereka tidak menangis saat disuntik," katanya.

Sri menyatakan, sebagai salah satu lembaga PG dan TK yang ada di Kota Pontianak, pihaknya terus berkomitmen untuk menyukseskan berbagai program pemerintah, termasuk pemberian vaksin pada anak. Untuk itu, pihaknya rutin memberikan vaksin kepada anak-anak, termasuk memberikan informasi yang benar kepada para orang tua.

Baca juga: Kayong Utara pastikan izin orang tua sebelum vaksin MR

"Namun, untuk izin orang tua, kita kembalikan sepenuhnya kepada setiap orang tua. Jika mereka tidak ingin anaknya di vaksin, tentu kita tidak memaksa. Namun, sejauh ini, setiap orang tua anak-anak yang ada di Cerlang ikut mendukung program vaksin ini, bahkan mereka terus menanyakan untuk realsiasi vaksinasi tersebut," kata Sri.

Ditempat yang sama salah satu Perawat Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak, Ana Nurliana mengatakan, sampai sejauh ini pihaknya terus melakukan sosialisasi dan proses vaksin MR di wilayah tugas mereka.

"Memang untuk proses vaksin MR ini sempat tertunda karena banyaknya isu negatif yang beredar ditengah masyarakat, termasuk adanya penjelasan Haram dari MUI sebelumnya. Namun, dengan adanya imbauan terbaru dari MUI, saat ini proses vaksin MR terus berlanjut dan saat ini masyarakat mulai terbuka untuk melakukan vaksin bagi anak-anak mereka," kata Ana.

Sebelum melakukan vaksin, kata Ana, pihaknya tetap melakukan prosedur yang ada, seperti mengecek kondisi kesehatan anak terlebih dahulu dengan melakukan rekam medis.

Baca juga: Imunisasi rubella di Singkawang capai 30 persen

Mengenai kondisi anak yang seharusnya tidak boleh menerima vaksin MR (kontraindikasi), Ana menyebutkan dua kondisi, yaitu yang memiliki riwayat kejadian fatal akibat alergi obat (syok anafilaktik) dan gangguan kekebalan tubuh (imunodefisiensi).

Meski begitu, alergi obat biasanya memiliki gejala beragam seperti gatal, bengkak, batuk, sesak napas, mual dan muntah. Jika anak memiliki riwayat alergi obat hingga syok anafilaktik, konsultasi ke dokter spesialis karena ini merupakan dalam kondisi ini anak memang tidak boleh divaksin.

Soal keamanan vaksin, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa vaksin MR aman karena karena telah mendapatkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar dari Badan POM.

Baca juga: Wahyu purnomo meninggal diduga karena radang otak

Selain itu, vaksin ini 95 persen efektif untuk mencegah penyakit campak dan rubella dan telah digunakan di lebih dari 141 negara, sehingga vaksin ini sangat perlu diberikan bagi anak-anak, katanya.

Dia menyebutkan, setelah menerima suntikan vaksin MR, tidak jarang akan terjadi demam ringan, ruam merah, bengkak dan nyeri di tempat suntikan.

Namun, hal itu merupakan reaksi normal yang akan menghilang dalam dua atau tiga hari.

"Karena itu, orang tua harus mengetahui betul hal ini, agar tidak panik ketika ada gejala tersebut setelah proses vaksin," katanya, usai melakukan vaksinasi di PG dan TK Cerlang.


 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018