Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kapolda Kalbar, Irjen (Pol) Didi Haryono mengajak kepada seluruh masyarakat Kalbar, untuk bersama-sama dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan masing-masing.
"Dalam menjaga Kamtibmas tidak hanya menjadi tugas para polisi atau pun TNI, melainkan sudah menjadi tugas bersama," kata Didi Haryono di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan, dalam menjaga kondusifitas Kamtibmas dan mencegah masuknya paham radikalisme di era globalisasi sudah menjadi tugas bersama dalam mendukung pembangunan di Kalbar.
"Sehingga kami berharap, semua masyarakat juga harus memahami berbagai jenis gangguan Kamtibmas agar bisa melakukan pencegahan terhadap gangguan Kamtibmas tersebut," ujarnya.
Hal itu, dilakukan dalam rangka meningkatkan daya tangkal, cegah, penanggulangan, serta daya rehabilitasi terhadap berbagai jenis gangguan Kamtibmas yang bersifat radikal guna mendukung pembangunan Kalbar, katanya.
"Selain itu, situasi nasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan internasional dan regional. Isu kebhinekaan dan intoleransi tiba-tiba menjadi atensi semua pihak. Keutuhan NKRI tengah mendapat ujian melalui momentum pesta demokrasi, penegakkan hukum, serta hubungan luar negeri," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat Indonesia khususnya para netizen di media-media sosial, seperti terpolarisasi menjadi beberapa kelompok. Polarisasi ini disadari atau tidak merupakan warisan dari ajang pesta demokrasi beberapa waktu lalu dan sekarang mulai menghangat kembali.
"Kemudian berkembang menjadi polarisasi kelompok masyarakat yang mendukung pemerintah, dan yang tidak," ujarnya.
Didi menambahkan, situasi semakin rumit ketika perhelatan pesta demokrasi melalui pemilu ini seakan menjadi batu loncatan untuk melanjutkan polarisasi dukungan.
"Perkembangan media sosial dengan netizennya, menjadi etalase bagaimana situasi politik memberikan pengaruh kuat pada cara berpikir sebagian masyarakat Indonesia," katanya.
Selain itu, situasi nasional diwarnai dengan isu-isu keagamaan, suku dan ras yang sangat rawan bagi keutuhan NKRI serta semangat kebhinekaan yang selama ini dijaga, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Dalam menjaga Kamtibmas tidak hanya menjadi tugas para polisi atau pun TNI, melainkan sudah menjadi tugas bersama," kata Didi Haryono di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan, dalam menjaga kondusifitas Kamtibmas dan mencegah masuknya paham radikalisme di era globalisasi sudah menjadi tugas bersama dalam mendukung pembangunan di Kalbar.
"Sehingga kami berharap, semua masyarakat juga harus memahami berbagai jenis gangguan Kamtibmas agar bisa melakukan pencegahan terhadap gangguan Kamtibmas tersebut," ujarnya.
Hal itu, dilakukan dalam rangka meningkatkan daya tangkal, cegah, penanggulangan, serta daya rehabilitasi terhadap berbagai jenis gangguan Kamtibmas yang bersifat radikal guna mendukung pembangunan Kalbar, katanya.
"Selain itu, situasi nasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan internasional dan regional. Isu kebhinekaan dan intoleransi tiba-tiba menjadi atensi semua pihak. Keutuhan NKRI tengah mendapat ujian melalui momentum pesta demokrasi, penegakkan hukum, serta hubungan luar negeri," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat Indonesia khususnya para netizen di media-media sosial, seperti terpolarisasi menjadi beberapa kelompok. Polarisasi ini disadari atau tidak merupakan warisan dari ajang pesta demokrasi beberapa waktu lalu dan sekarang mulai menghangat kembali.
"Kemudian berkembang menjadi polarisasi kelompok masyarakat yang mendukung pemerintah, dan yang tidak," ujarnya.
Didi menambahkan, situasi semakin rumit ketika perhelatan pesta demokrasi melalui pemilu ini seakan menjadi batu loncatan untuk melanjutkan polarisasi dukungan.
"Perkembangan media sosial dengan netizennya, menjadi etalase bagaimana situasi politik memberikan pengaruh kuat pada cara berpikir sebagian masyarakat Indonesia," katanya.
Selain itu, situasi nasional diwarnai dengan isu-isu keagamaan, suku dan ras yang sangat rawan bagi keutuhan NKRI serta semangat kebhinekaan yang selama ini dijaga, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018