Pontianak (Antaranews Kalbar) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar bersama Pemerintah Kabupaten Landak akan mengembangkan potensi yang ada di Cagar Alam (CA) Gunung Nyiut dengan membangun stasiun penelitian (riset) di kawasan tersebut.
"Rencananya, kita akan membangun stasiun riset, yang nantinya akan dipromosikan kepada universitas dan peneliti, bahwa di daerah tersebut ada potensi penelitian," kata Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, Rabu.
Dia mengatakan, meski proses pembangunan stasiun riset tersebut belum dimulai, namun sudah mulai dilakukan kajian. Sehingga diharapkan nantinya stasiun riset tersebut bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Baca juga: Dua trenggiling dilepasliarkan di kawasan Cagar Alam Mandor
Hal tersebut, kata Sadtata, diharapkan bisa sejalan dengan upaya pemerintah Kabupaten Landak untuk membuka jalan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan lindung tersebut.
"Kita bisa bersama-sama mengupayakan pembangunan jalan itu bisa terwujud, tapi tolong, hutannya di jaga," tuturnya.
Kawasan CA Gunung Nyiut sendiri, memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, karena terdapat banyak tumbuhan langka seperti Raflesia Tuanmudae dan beraneka satwa yang juga merupakan habitat burung Enggang Gading dan Orangutan.
"Masyarakat bisa menjadi pemandu peneliti, menyiapkan akomodasi dan konsumsi dengan tarif yang mereka tentukan sendiri, sehingga dengan sendirinya masyarakat juga akan mempunyai rasa memiliki terhadap hutan dan menjaganya, karena sudah menjadi bagian mata pencaharian mereka," katanya.
Penamaan CA Gunung Nyiut diambil dari nama gunung yang ada di kawasan tersebut, yang merupakan gunung tertinggi di Kalbar dengan ketinggian 1.701 Mdpl. Gunung Nyiut terbentuk oleh aktivitas vulkanologi purba yang terjadi berabad abad yang silam.
Baca juga: BKSDA Tangkap Dua WNA Perusak Kawasan Cagar Alam Mandor
Gunung Nyiut ditetapkan sebagai cagar alam sesuai dengan SK Menteri Kehutanan RI Nomor 936/Menhut-II/2013 dengan luasan mencapai 124.500 hektar yang meliputi tiga kabupaten, yaitu Landak, Bengkayang dan Sanggau.
Saat ini, BKSDA Kalbar sudah melaksanakan pendampingan di dua desa yang masuk dalam kawasan CA Nyiut, yaitu Dusun Tauk dan Dusun Engkangin, Desa Engkangin di Kecamatan Air Besar.
Pendampingan yang dilakukan diantaranya Program Pelayanan Usaha Berbasis Konservasi, dengan mengajak masyarakat untuk bertani tanaman argoforestry, produk sayuran organik (non-pestisida) dan peternakan.
Di tempat yang sama, Bupati Landak Karolin Margret Natasa berharap program yang dijalankan oleh BKSDA Kalbar ini bisa berkelanjutan, sehingga masyarakat bisa mandiri dan bisa memahami cara kerjanya.
Baca juga: 90 percent of orangutans live outside preserved forests: BKSDA
Karolin juga berharap program tersebut bisa sejalan dengan program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang tentu saja bisa berdampak dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Bupati menekankan BUMDes mampu membimbing sehingga masyarakat bisa mengelola potensi yang ada.?"Kita memang belum bisa memaksakan sesuatu yang baru, tapi bisa mengoptimalkan apa yang sudah familiar di masyarakat, sehingga masyarakat juga terlibat dalam pengelolaannya," kata Karolin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Rencananya, kita akan membangun stasiun riset, yang nantinya akan dipromosikan kepada universitas dan peneliti, bahwa di daerah tersebut ada potensi penelitian," kata Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, Rabu.
Dia mengatakan, meski proses pembangunan stasiun riset tersebut belum dimulai, namun sudah mulai dilakukan kajian. Sehingga diharapkan nantinya stasiun riset tersebut bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Baca juga: Dua trenggiling dilepasliarkan di kawasan Cagar Alam Mandor
Hal tersebut, kata Sadtata, diharapkan bisa sejalan dengan upaya pemerintah Kabupaten Landak untuk membuka jalan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan lindung tersebut.
"Kita bisa bersama-sama mengupayakan pembangunan jalan itu bisa terwujud, tapi tolong, hutannya di jaga," tuturnya.
Kawasan CA Gunung Nyiut sendiri, memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, karena terdapat banyak tumbuhan langka seperti Raflesia Tuanmudae dan beraneka satwa yang juga merupakan habitat burung Enggang Gading dan Orangutan.
"Masyarakat bisa menjadi pemandu peneliti, menyiapkan akomodasi dan konsumsi dengan tarif yang mereka tentukan sendiri, sehingga dengan sendirinya masyarakat juga akan mempunyai rasa memiliki terhadap hutan dan menjaganya, karena sudah menjadi bagian mata pencaharian mereka," katanya.
Penamaan CA Gunung Nyiut diambil dari nama gunung yang ada di kawasan tersebut, yang merupakan gunung tertinggi di Kalbar dengan ketinggian 1.701 Mdpl. Gunung Nyiut terbentuk oleh aktivitas vulkanologi purba yang terjadi berabad abad yang silam.
Baca juga: BKSDA Tangkap Dua WNA Perusak Kawasan Cagar Alam Mandor
Gunung Nyiut ditetapkan sebagai cagar alam sesuai dengan SK Menteri Kehutanan RI Nomor 936/Menhut-II/2013 dengan luasan mencapai 124.500 hektar yang meliputi tiga kabupaten, yaitu Landak, Bengkayang dan Sanggau.
Saat ini, BKSDA Kalbar sudah melaksanakan pendampingan di dua desa yang masuk dalam kawasan CA Nyiut, yaitu Dusun Tauk dan Dusun Engkangin, Desa Engkangin di Kecamatan Air Besar.
Pendampingan yang dilakukan diantaranya Program Pelayanan Usaha Berbasis Konservasi, dengan mengajak masyarakat untuk bertani tanaman argoforestry, produk sayuran organik (non-pestisida) dan peternakan.
Di tempat yang sama, Bupati Landak Karolin Margret Natasa berharap program yang dijalankan oleh BKSDA Kalbar ini bisa berkelanjutan, sehingga masyarakat bisa mandiri dan bisa memahami cara kerjanya.
Baca juga: 90 percent of orangutans live outside preserved forests: BKSDA
Karolin juga berharap program tersebut bisa sejalan dengan program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang tentu saja bisa berdampak dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Bupati menekankan BUMDes mampu membimbing sehingga masyarakat bisa mengelola potensi yang ada.?"Kita memang belum bisa memaksakan sesuatu yang baru, tapi bisa mengoptimalkan apa yang sudah familiar di masyarakat, sehingga masyarakat juga terlibat dalam pengelolaannya," kata Karolin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019