Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji meminta kepada seluruh mahasiswa yang ada di Kalbar sebagai penggerak pemilih cerdas dalam pemilihan umum (Pemilu) 2019 sekaligus menangkal hoaks yang banyak terjadi di pemilu tahun ini.
"Mahasiswa harus jadi penggerak, jangan ikut-ikutan orang, tapi harus menjadi pemilih cerdas dan menganalisa setiap isu serta menangkal setiap hoaks dikembangkan di dunia politik," kata Sutarmidji di Pontianak, Minggu.
Dia juga berharap agar para mahasiswa harus melihat visi dan misi dari para calon anggota legislatif dan calon presiden yang bakal dipilihnya, secara cerdas dan rasional serta bisa di implementasi ke masyarakat.
"Mahasiswa itu harus jadi pemilih yang cerdas dan rasional, kalau untuk menghindari hoaks itu gampang aja dilihat dari visi misi baik itu caleg maupun presiden, rasional tidak dengan visi misi nya itu dan bisa diimplementasikan atau tidak, itu saja kuncinya. Kalau itu bisa dijadikan faktor utama untuk menjatuhkan pilihan maka berita hoaks dimanapun disebar maka itu tidak akan terpengaruh," tuturnya.
Dirinya pun meminta masyarakat dan mahasiswa tidak terpancing akan isu-isu hoaks yang beredar saat ini. Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu meminta masyarakat dan mahasiswa terlebih dahulu menganalisa isu tersebut atas beredarnya hoaks itu.
"Kalau sekarang kan tidak rasional, contohnya hoaks yang ada saat ini bapak Jokowi di isukan hoaks jika terpilih lagi adzan itu bakal dilarang, logikanya dimana sedangkan bapak Jokowi itu sudah memimpin 4,5 tahun ada gak dilarang saat dia memimpin, tidak ada kan. Itu termasuk hoaks dan tidak masuk akal. Dan ada lagi bapak Prabowo sebagai pendukung khilafah dan itu tidak mungkin karena Indonesia ideologinya Pancasila, itu harus dikasih pemahaman," tuturnya.
Menurutnya, isu hoaks seperti itu yang dijadikan sebagai isu yang dibawa dalam kampanye dan menjadikan visi misi yang tidak rasional dan tidak akan mencerdaskan masyarakat, sehingga politik kita itu tidak bakal maju-maju. Semakin lama semakin ketergantungan kepada jual beli suara bakal makin tinggi serta masyarakat tidak mendapatkan sosok pemimpin yang jujur dan adil.
"Saya tidak termakan isu, makanya kalau ada postingan facebook atau media sosial seperti itu saya biarkan saja, saya tidak baca, sehingga membuat orang bosan dengan politik tanpa etika. Politik itu tetap beretika walaupun orang bilang politik itu gimana-gimana, etika itu penting. Karena kita dengan budaya dan adat kita mengedapankan etika," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Mahasiswa harus jadi penggerak, jangan ikut-ikutan orang, tapi harus menjadi pemilih cerdas dan menganalisa setiap isu serta menangkal setiap hoaks dikembangkan di dunia politik," kata Sutarmidji di Pontianak, Minggu.
Dia juga berharap agar para mahasiswa harus melihat visi dan misi dari para calon anggota legislatif dan calon presiden yang bakal dipilihnya, secara cerdas dan rasional serta bisa di implementasi ke masyarakat.
"Mahasiswa itu harus jadi pemilih yang cerdas dan rasional, kalau untuk menghindari hoaks itu gampang aja dilihat dari visi misi baik itu caleg maupun presiden, rasional tidak dengan visi misi nya itu dan bisa diimplementasikan atau tidak, itu saja kuncinya. Kalau itu bisa dijadikan faktor utama untuk menjatuhkan pilihan maka berita hoaks dimanapun disebar maka itu tidak akan terpengaruh," tuturnya.
Dirinya pun meminta masyarakat dan mahasiswa tidak terpancing akan isu-isu hoaks yang beredar saat ini. Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu meminta masyarakat dan mahasiswa terlebih dahulu menganalisa isu tersebut atas beredarnya hoaks itu.
"Kalau sekarang kan tidak rasional, contohnya hoaks yang ada saat ini bapak Jokowi di isukan hoaks jika terpilih lagi adzan itu bakal dilarang, logikanya dimana sedangkan bapak Jokowi itu sudah memimpin 4,5 tahun ada gak dilarang saat dia memimpin, tidak ada kan. Itu termasuk hoaks dan tidak masuk akal. Dan ada lagi bapak Prabowo sebagai pendukung khilafah dan itu tidak mungkin karena Indonesia ideologinya Pancasila, itu harus dikasih pemahaman," tuturnya.
Menurutnya, isu hoaks seperti itu yang dijadikan sebagai isu yang dibawa dalam kampanye dan menjadikan visi misi yang tidak rasional dan tidak akan mencerdaskan masyarakat, sehingga politik kita itu tidak bakal maju-maju. Semakin lama semakin ketergantungan kepada jual beli suara bakal makin tinggi serta masyarakat tidak mendapatkan sosok pemimpin yang jujur dan adil.
"Saya tidak termakan isu, makanya kalau ada postingan facebook atau media sosial seperti itu saya biarkan saja, saya tidak baca, sehingga membuat orang bosan dengan politik tanpa etika. Politik itu tetap beretika walaupun orang bilang politik itu gimana-gimana, etika itu penting. Karena kita dengan budaya dan adat kita mengedapankan etika," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019