Sepanjang Rainforest World Music Festival tahun 2018 di Sarawak, ratusan kilogram limbah dikumpulkan baik berupa material maupun sampah sisa makanan minuman.
Pada tahun 2018, jumlah pengunjung lebih dari 20 ribu orang, dan tahun ini diperkirakan akan lebih dari angka tersebut. "Kondisi itu menjadikan pengurangan limbah menjadi sangat penting, selain peran daur ulang dan pengolahan limbah yang terus dilakukan," kata Manajer Komunikasi Sarawak Tourism Board, Gustino Basuan di Pontianak, Senin.
Dalam strategi pengolahan limbah, Trienekens kembali menjadi sponsor yang penting, seperti menyediakan tempat sampah, papan reklame yang menarik serta poster yang membantu pengunjung RWMF memilah limbah masing-masing.
Perusahaan limbah tersebut juga yang akan menangani limbah daur ulang dan penyediaan fasilitasnya di lokasi festival.
Pada tahun 2018, lebih dari 60.000 botol air plastik dikumpulkan di RWMF untuk didaur ulang. "Ini memberi inspirasi untuk melakukan perubahan agar limbah botol plastik berkurang, tahun ini caranya dengan menyediakan instalasi air secara gratis," ujar Gustino.
Selain itu, tercatat ada 645,70 kilogram limbah sisa makanan dan dapur, 51,60 kilogram peralatan makan biodegradable, dan 11 kilogram minyak sisa gorengan yang dikumpulkan untuk diproses dan dijadikan kompos.
Ada juga limbah kertas sebanyak 50 kilogram, 105 kilogram plastik, 43 kilgoram kaleng, dan 582 unit botol kaca yang dikumpulkan untuk didaur ulang.
STB akan melibatkan kembali Inisiatif Biji-Biji, ini tahun ketiga, dalam pengelolaan limbah yang tersebar di beberapa lokasi, sekaligus meminta bantuan mahasiswa setempat dan relawan dalam tugas tersebut.
Yakni, hasil pengumpulan bahan daur ulang yang tidak dapat didegradasi secara biologis akan dikirim untuk didaur ulang, sedangkan limbah makanan digunakan oleh Worming Up, sebuah inisiatif lokal yang mengubah limbah makanan menjadi bio-protein untuk pupuk dan pakan ternak bagi petani lokal.
Para relawan juga akan menyebarkan pesan tentang topik-topik yang berkaitan dengan daur ulang dan pengomposan limbah makanan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran di antara pengunjung festival.
Inisiatif lain adalah "Pejuang Hijau" di mana sukarelawan akan membantu untuk meninggalkan lokasi festival persis seperti sebelum festival. Di sini, pengunjung festival dan sukarelawan bekerja sama membersihkan lokasi festival.
Dalam ajang tersebut, STB juga berupaya untuk mengurangi emisi karbon. Seperti yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir, bus antar-jemput akan mengangkut pengunjung festival dari kota dan sebaliknya, tujuannya mengurangi emisi karbon serta mencegah kemacetan di lokasi.
Upaya daur ulang lainnya termasuk mengubah spanduk promosi STB dari tahun-tahun sebelumnya menjadi tas jinjing untuk digunakan sebagai hadiah dan oleh-oleh dari festival.
RWMF tahun 2019 akan digelar pada 12 - 14 Juli di Sarawak Cultural Village, Sarawak, Malaysia Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Pada tahun 2018, jumlah pengunjung lebih dari 20 ribu orang, dan tahun ini diperkirakan akan lebih dari angka tersebut. "Kondisi itu menjadikan pengurangan limbah menjadi sangat penting, selain peran daur ulang dan pengolahan limbah yang terus dilakukan," kata Manajer Komunikasi Sarawak Tourism Board, Gustino Basuan di Pontianak, Senin.
Dalam strategi pengolahan limbah, Trienekens kembali menjadi sponsor yang penting, seperti menyediakan tempat sampah, papan reklame yang menarik serta poster yang membantu pengunjung RWMF memilah limbah masing-masing.
Perusahaan limbah tersebut juga yang akan menangani limbah daur ulang dan penyediaan fasilitasnya di lokasi festival.
Pada tahun 2018, lebih dari 60.000 botol air plastik dikumpulkan di RWMF untuk didaur ulang. "Ini memberi inspirasi untuk melakukan perubahan agar limbah botol plastik berkurang, tahun ini caranya dengan menyediakan instalasi air secara gratis," ujar Gustino.
Selain itu, tercatat ada 645,70 kilogram limbah sisa makanan dan dapur, 51,60 kilogram peralatan makan biodegradable, dan 11 kilogram minyak sisa gorengan yang dikumpulkan untuk diproses dan dijadikan kompos.
Ada juga limbah kertas sebanyak 50 kilogram, 105 kilogram plastik, 43 kilgoram kaleng, dan 582 unit botol kaca yang dikumpulkan untuk didaur ulang.
STB akan melibatkan kembali Inisiatif Biji-Biji, ini tahun ketiga, dalam pengelolaan limbah yang tersebar di beberapa lokasi, sekaligus meminta bantuan mahasiswa setempat dan relawan dalam tugas tersebut.
Yakni, hasil pengumpulan bahan daur ulang yang tidak dapat didegradasi secara biologis akan dikirim untuk didaur ulang, sedangkan limbah makanan digunakan oleh Worming Up, sebuah inisiatif lokal yang mengubah limbah makanan menjadi bio-protein untuk pupuk dan pakan ternak bagi petani lokal.
Para relawan juga akan menyebarkan pesan tentang topik-topik yang berkaitan dengan daur ulang dan pengomposan limbah makanan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran di antara pengunjung festival.
Inisiatif lain adalah "Pejuang Hijau" di mana sukarelawan akan membantu untuk meninggalkan lokasi festival persis seperti sebelum festival. Di sini, pengunjung festival dan sukarelawan bekerja sama membersihkan lokasi festival.
Dalam ajang tersebut, STB juga berupaya untuk mengurangi emisi karbon. Seperti yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir, bus antar-jemput akan mengangkut pengunjung festival dari kota dan sebaliknya, tujuannya mengurangi emisi karbon serta mencegah kemacetan di lokasi.
Upaya daur ulang lainnya termasuk mengubah spanduk promosi STB dari tahun-tahun sebelumnya menjadi tas jinjing untuk digunakan sebagai hadiah dan oleh-oleh dari festival.
RWMF tahun 2019 akan digelar pada 12 - 14 Juli di Sarawak Cultural Village, Sarawak, Malaysia Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019