Sekretaris Daerah provinsi Kalimantan Barat A.L Leysandri mengatakan pihaknya optimistis pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang biasa terjadi di Kalbar dapat diantisipasi pada tahun ini dengan dukungan Satgas Karhutla yang ada.
"Dengan adanya anggota Satgas Gabungan Karhutla TNI yang berjumlah 1.000 orang saya berharap Karhutla di Kalbar tahun ini dapat terkendali," harap A.L Leysandri di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, bencana asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan merupakan bencana yang menjadi perhatian Nasional dan Provinsi Kalbar merupakan salah satu Provinsi yang memiliki lahan gambut yang luas, yaitu sekitar 1.680.000 hektare. Dengan kondisi tersebut, apabila musim kemarau sangat mudah terbakar sehingga mengakibatkan bencana asap.
Baca juga: PLN UIP Kalbagbar bantu MPA Desa Teluk Bakung Kubu Raya
Dengan demikian, penanganan Karhutla yang menitikberatkan pada aspek pencegahan dan kasiapsiagaan diharapkan semakin baik, karena Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Dunia Usaha dapat memerankan fungsinya masing masing dengan baik, terarah, terkoordinasi dan terpadu mulai sejak penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana sampai dengan penanganan dampaknya.
Sebagai bahan evaluasi, lanjutnya, berdasarkan pantauan Satelit NOAA 19 (National Oceanic and Atmospheric administration) pada Tahun 2018 di Provinsi Kalbar jumlah titik api yang terpantau sebanyak 1.569 titik api, terdeteksi paling banyak di Kabupaten Ketapang sebanyak 299 titik api, Kabupaten Sintang sebanyak 266 titik api dan Kabupaten Kubu Raya sebanyak 132 titik.
"Untuk tahun 2019 ini sampai dengan tanggal 23 Juni 2019 terdeteksi 52 titik api di seluruh Kalbar," kata mantan Sekda Sanggau, ini.
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo yang disampaikan Kepala BNPB Mayjen TNI (Purn) Komarudin Simanjuntak, mengatakan Kebakaran hutan dan lahan juga merusak ekosistem hutan di Indonesia.
Kerusakan ekosistem tersebut dapat berdampak pada kepunahan satwa dan musnahnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Kubu Raya maksimalkan kesiapan cegah karhutla
Hilangnya potensi sumberdaya alam hayati serta ekosistem dapat berdampak dan berpotensi untuk menimbulkan ancaman bahaya tertentu yaitu dengan adanya emisi gas rumah kaca, berkurangnya karbon, perubahan kuantitas kerapatan dan kualitas tutupan lahan (jenis tanaman), perubahan jenis, pola, dan distribusi tutupan lahan (Iahan terbangun, lahan pertanian, lahan perkebunan dan lain-lain), peningkatan polusi di permukaan tanah dan air, peningkatan polusi di tubuh air dan air tanah, kehilangan keragaman flora dan fauna, kehilangan habitat flora dan fauna.
"Karhutla akan sangat sulit dipadamkan dan akan sangat efektif pemadamannya bilamana pada saat musim penghujan. Karakteristik lahan gambut sangatlah unik, kedalamannya mencapai hingga lebih 20 meter. Penyiraman melalui helikopter, rekayasa teknologi modifikasi cuaca dan hujan buatan hanya bersifat sementara," katanya.
Pemadaman yang paling efektif adalah bilamana terjadi curah hujan yang lebat secara alami. Oleh karenanya tugas kita semua menjaga agar jangan sampai ada kebakaran, jangan sampai ada yang terbakar, jangan sampai ada yang membakar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Dengan adanya anggota Satgas Gabungan Karhutla TNI yang berjumlah 1.000 orang saya berharap Karhutla di Kalbar tahun ini dapat terkendali," harap A.L Leysandri di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, bencana asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan merupakan bencana yang menjadi perhatian Nasional dan Provinsi Kalbar merupakan salah satu Provinsi yang memiliki lahan gambut yang luas, yaitu sekitar 1.680.000 hektare. Dengan kondisi tersebut, apabila musim kemarau sangat mudah terbakar sehingga mengakibatkan bencana asap.
Baca juga: PLN UIP Kalbagbar bantu MPA Desa Teluk Bakung Kubu Raya
Dengan demikian, penanganan Karhutla yang menitikberatkan pada aspek pencegahan dan kasiapsiagaan diharapkan semakin baik, karena Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Dunia Usaha dapat memerankan fungsinya masing masing dengan baik, terarah, terkoordinasi dan terpadu mulai sejak penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana sampai dengan penanganan dampaknya.
Sebagai bahan evaluasi, lanjutnya, berdasarkan pantauan Satelit NOAA 19 (National Oceanic and Atmospheric administration) pada Tahun 2018 di Provinsi Kalbar jumlah titik api yang terpantau sebanyak 1.569 titik api, terdeteksi paling banyak di Kabupaten Ketapang sebanyak 299 titik api, Kabupaten Sintang sebanyak 266 titik api dan Kabupaten Kubu Raya sebanyak 132 titik.
"Untuk tahun 2019 ini sampai dengan tanggal 23 Juni 2019 terdeteksi 52 titik api di seluruh Kalbar," kata mantan Sekda Sanggau, ini.
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo yang disampaikan Kepala BNPB Mayjen TNI (Purn) Komarudin Simanjuntak, mengatakan Kebakaran hutan dan lahan juga merusak ekosistem hutan di Indonesia.
Kerusakan ekosistem tersebut dapat berdampak pada kepunahan satwa dan musnahnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Kubu Raya maksimalkan kesiapan cegah karhutla
Hilangnya potensi sumberdaya alam hayati serta ekosistem dapat berdampak dan berpotensi untuk menimbulkan ancaman bahaya tertentu yaitu dengan adanya emisi gas rumah kaca, berkurangnya karbon, perubahan kuantitas kerapatan dan kualitas tutupan lahan (jenis tanaman), perubahan jenis, pola, dan distribusi tutupan lahan (Iahan terbangun, lahan pertanian, lahan perkebunan dan lain-lain), peningkatan polusi di permukaan tanah dan air, peningkatan polusi di tubuh air dan air tanah, kehilangan keragaman flora dan fauna, kehilangan habitat flora dan fauna.
"Karhutla akan sangat sulit dipadamkan dan akan sangat efektif pemadamannya bilamana pada saat musim penghujan. Karakteristik lahan gambut sangatlah unik, kedalamannya mencapai hingga lebih 20 meter. Penyiraman melalui helikopter, rekayasa teknologi modifikasi cuaca dan hujan buatan hanya bersifat sementara," katanya.
Pemadaman yang paling efektif adalah bilamana terjadi curah hujan yang lebat secara alami. Oleh karenanya tugas kita semua menjaga agar jangan sampai ada kebakaran, jangan sampai ada yang terbakar, jangan sampai ada yang membakar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019