Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan menyatakan, sejak dilaksanakan program Dana Inovasi Responsif atau Responsive Innovation Fund (RIF) untuk kawasan agropolitan Rasau Jaya, setidaknya ada sekitar 1.591 penerima manfaat dari program ini.

"Terhitung sejak Maret 2018 hingga April 2019, program Dana Inovasi Responsif atau Responsive Innovation Fund (RIF) dari Pemerintah Kanada bersama Kementerian Bappenas telah menghasilkan banyak kemajuan yang membanggakan," kata,Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, Kamis.
 
Dia menambahkan sekitar 1.591 penerima manfaat (653 perempuan dan 938 laki-laki) yang meliputi pemerintah daerah, pengelola kawasan, akademisi, lembaga penelitian, sektor swasta dan kelompok masyarakat (meliputi Kelompok Tani, peternak sapi, kelompok perempuan dan UMKM lokal) telah mendapatkan pendampingan melalui berbagai pelatihan dan dukungan teknis,

Baca juga: Distan Kubu Raya belum dapat info terkait serangan ulat grayak

Muda menyatakan, terkait hal itu Pemkab Kubu Raya menyambut baik program ini dan akan melanjutkannya pada sektor lainnya. Kemudian pihaknya juga akan mencoba untuk merancang program pengembangan kawasan hingga kecamatan lain juga bisa merasakan dampaknya.

"Contohnya, untuk jagung yang dikembangkan pada program ini, hasilnya bisa untuk memenuhi pakan ternak (ayam) dan jika ini sudah baik, nantinya ayam ini akan terus dikembangkan lagi, dan dari sana, untuk daging dan telur ayam bisa dimanfaatkan warga untuk memenuhi gizi anak. Jadi program ini akan masive ke program lainnya di Kubu Raya," kata Muda.

Sebelumnya, Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor-Leste, H.E. Peter MacArthur mengatakan, terkait pengembangan produk lokal melalui RIF, sudah dilakukan inovasi dalam pengelolaan lahan gambut menjadi lahan produktif melalui perlakuan (innovation) khusus yang dilakukan bekerjasama dengan Universitas Tanjungpura dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Barat.

Baca juga: Dubes Kanada untuk Indonesia ikut Joget Harmoni di Kubu Raya


"Hal ini behasil memangkas rantai produksi dengan tingkat efisiensi biaya hingga 51 persen dengan proses penanaman bibit menjadi lebih mudah dan singkat," kata Petter.

Diperkirakan setelah pengolahan, lahan gambut dapat memanen 7–8 ton Jagung/hektar, melebihi 2-3 ton/hektar (sebelum treatment). Potensi peningkatan hasil produksi Jagung mencapai 87 persen dan tingkat pendapatan naik 146 persen (dari Rp12,6 juta menjadi Rp31 juta setiap masa panen Jagung).

"Tata kelola kawasan yang baik telah ditunjukkan melalui transparansi kegiatan kepada semua pihak, pelaporan keuangan dan program yang sesuai dengan prosedur serta partisipasi berbagai pemangku kepentingan termasuk kelompok-kelompok marjinal," tuturnya.

Baca juga: Gubernur Kalbar apresiasi dukungan Kodam percepat pencapaian 150 desa mandiri

Pola pertanian terpadu (integrated farming) dengan sektor peternakan dan perikanan melalui usaha budidaya Jagung bernilai tambah untuk produk pangan ataupun pakan ternak dan ikan hingga pengolahan limbahnya dalam satu siklus mengacu pada standarisasi dan kearifan lokal yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dengan meminimalisasi limbah.

Program ini juga telah berhasil mendorong partisipasi dan pemberdayaan perempuan melalui pelibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan pelatihan, pembentukan dan pengoperasian Rumah Kreatif, proses produksi hingga dalam pemasaran produk.

Selain itu, aktivasi ragam inovasi Klinik Pertanian dengan dukungan kolaboratif dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Universitas Tanjung Pura, SMKN Rasau hingga BumDesMa Maju Bersama, MyAgro akan dapat memberikan solusi dan terobosan peningkatan produktivitas lahan dan Kawasan Agropolitan Rasau Raya.



"Dukungan program RIF untuk pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan iklim investasi ini diharapkan akan mendorong pembangunan daerah secara berkelanjutan," kata Peter.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019