Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat total produksi beras di Kalbar pada 2019 sebesar 499,01 ribu ton.

"Total produksi beras di Kalbar 2019 lalu tersebut mengalami peningkatan dari 470,67 ribu ton atau 28,34 persen dibandingkan tahun 2018,” ujar Kabid Statistik dan Distribusi BPS Kalbar, Arianto, Selasa.

Arianto menjelaskan kenaikan produksi beras Kalbar tidak terlepas dari meningkatnya luas panen padi yang berdampak pada naiknya produksi padi atau gabah kering giling (GKG).

Total luas panen padi pada 2019 seluas 290,05 ribu atau meningkat 1,25 persen bila dibandingkan dengan luas panen padi pada 2018.

"Adapun metode penghitungannya adalah dengan menggunakan survei Kerangka Sampel Area (KSA)," jelasnya.

Ia menyebutkan berdasarkan hasil survei KSA, pola panen padi di Kalbar pada periode Januari sampai dengan Desember tahun 2019 relatif sama dengan pola panen tahun 2018, dengan puncak panen padi terjadi pada bulan Februari.

“Sementara luas panen terendah terjadi pada bulan Mei,” kata dia.

Menurut hitungan BPS, lanjut dia, dari total luas panen tersebut, total produksi padi yang mampu dihasilkan sekitar 847,88 ribu ton GKG, atau mengalami peningkatan sebanyak 48,16 ribu ton dibandingkan tahun 2018.

 Kenaikan produksi padi tahun 2019 ini, relatif besar terjadi di Kabupaten Ketapang, Kubu Raya, dan Kabupaten Sanggau.

“Adapun tiga daerah dengan produksi padi tertinggi pada tahun 2019 adalah Sambas, Kubu Raya, dan Ketapang dengan masing - masing produksi sebesar 168,63 ribu GKG, 116,45 ribu GKG dan 108,85 GKG," katanya.

Terkait ketidakakuratan data produksi padi jelas dia telah diduga oleh banyak pihak sejak 1997. Studi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1996/1997 telah mengisyaratkan overestimasi luas panen sekitar 17,07 persen.

Persoalan yang sama juga terjadi pada data luas lahan baku sawah yang dilaporkan cenderung meningkat meskipun fakta di lapangan menunjukkan terjadinya pengalihan fungsi lahan sawah untuk industri, perumahan atau infrastruktur yang tidak bisa diimbangi oleh pencetakan sawah baru.

"Walaupun sudah diduga sejak lama, upaya untuk memperbaiki metodologi perhitungan produksi padi baru dilakukan pada tahun 2015," katanya.

BPS bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berupaya memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).

KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk estimasi luas panen padi.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020