Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Pemerintah Kota Singkawang menyosialisasikan penyembelihan hewan kurban melalui media sosial.

"Pemberian sosialisasi berbeda di tahun ini, yang mana pada tahun-tahun sebelumnya kita memanggil para panitia kurban, tetapi untuk tahun ini kita sosialisasikan lewat media sosial seperti WhatsApp," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Pemkot Singkawang, Yusnita Fitriadi, di Singkawang, Jumat.

Dia menjelaskan sosialisasi melalui media sosial untuk menghindari penularan COVID-19 di Kota Singkawang.

Jika ada pengurus masjid yang sudah memesan hewan kurban dapat menghubungi staf Dinas Pertanian untuk mengambil obat cacing.

"Obat cacing ini sangat penting diberikan kepada hewan kurban untuk menjaga kesehatan hewan," ujarnya.

Dirinya juga akan meminta para petugas mendatangi tempat-tempat pemotongan hewan kurban sebelum dipotong.

Pada tahun sebelumnya, jumlah hewan untuk kurban 921 ekor, terdiri atas 577 sapi dan 344 kambing.

Stok sapi kurban di Kota Singkawang sampai saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha mendatang.

"Apabila stok kurang, akan ada sapi dari luar Kalbar yang dapat masuk ke Singkawang," katanya.

Dia berharap, pada Idul Adha mendatang masyarakat dapat memilih hewan kurban yang baik, tidak sakit atau cacat.

"Ini kan hanya setahun sekali, harus betul-betul memilih hewan yang baik, jangan yang pincang atau sakit atau kurang anggota tubuhnya, dengan kasat mata saya pikir kita sudah bisa melihat kondisi hewan," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie mengatakan sosialisasi penyembelihan hewan kurban sebagai hal penting karena dapat dijadikan forum diskusi para pengurus masjid, petugas pemotong hewan kurban, tim pengawasan hewan kurban, dan pengambil kebijakan, secara langsung dalam menyambut Idul Adha mendatang.

"Agar dapat melaksanakan kegiatan pemotongan hewan kurban, baik sapi maupun kambing dengan memperhatikan aspek halal, higiene sanitasi, dan kesejahteraan hewan," katanya.

Ia mengemukakan pentingnya perhatian terhadap aspek tersebut oleh masyarakat dalam pemotongan hewan kurban untuk menghasilkan daging kurban yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal).

"Perlu saya sampaikan, dalam komunitas PAH (Pangan Asal Hewan) yang bergizi tinggi, kita harus berhati-hati karena bahan pangan asal hewan ini juga baik sebagai media berkembangnya penyakit zoonosis (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia, red.). Maka kita perlu pemeriksaan hewan sebelum di potong dan pemeriksaan hewan yang sudah dipotong (pemeriksaan antimortem dan pemeriksaan post-mortem, red.)," ujarnya.

Dia mengatakan daging kurban yang dibagikan kepada masyarakat harus memenuhi standar higiene, aman untuk dikonsumsi, sehat bagi tubuh, utuh atau tidak tercampur dengan bahan lain, dan halal sesuai syariat Islam.

Beberapa persyaratan hewan kurban yang perlu diketahui pengurus masjid, panitia kurban, dan masyarakat, antara lain sehat, tidak cacat, cukup umur, tidak kurus, dan diusahakan hewan jantan.

Dalam pemotongan hewan kurban, lanjutnya, hewan harus dipotong dengan syariat Islam dan hewan harus diperlakukan sesuai kaidah kesejahteraan hewan, yaitu hewan diperlakukan dengan baik, bebas rasa takut, bebas lapar dan haus, serta tidak disakiti.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020