Gerbang Tani Kalimantan Barat berharap agar presiden tidak membubarkan Badan Restorasi Gambut (BRG), mengingat lembaga ini sangat berperan dalam mengurangi bencana kabut asap dan mengedukasi masyarakat melalui praktik terbaik pengelolaan gambut.
"Kondisi pandemi tentunya cukup memusingkan dari sisi anggaran, tapi keberadaan BRG masing sangat dibutuhkan untuk menjamin kawasan hidrologis gambut tetap terjaga dan masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari kawasan itu," kata Heri Mustari, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Gerakan Kebangkitan Petani dan Nelayan Indonesia (Gerbang Tani) Kalimantan Barat, Kamis.
Menurut dia, BRG telah berhasil membina puluhan desa peduli gambut dan mengajak mitra strategis mereka seperti banyak Non Government Organization (NGO) untuk turut serta peduli terhadap desa-desa yang berada di kawasan gambut.
Baca juga: Kepala BRG sebut cetak sawah baru sama dengan program restorasi gambut
"BRG mampu menarik dukungan anggaran di luar negara agar masuk ke desa dan digunakan untuk meningkatkan ekonomi desa, dampaknya tentu pada upaya peningkatan Indeks Desa Membangun," tuturnya.
Point penting dari keberadaan BRG kata dia adalah penyelamatan ekosistem gambut yang saat ini juga menjadi kepedulian dunia karena rusaknya gambut akan berdampak pada perubahan iklim, katanya.
Pemerintah juga telah memulai proses kepedulian yang sama dengan memunculkan nomenklatur program menjadi Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dalam Dalam RPJMN 2020-2024 yang menunjukkan isu kemandirian desa tetap menjadi fokus dalam Nawacita jilid II.
"Penyelamatan gambut dengan mengesampingkan masyarakatnya tentu tidak mudah, BRG menyatukan dua upaya, gambut selamat, masyarakatnya juga sejahtera, karena ada peran edukasi yang dilakukan," katanya.
Dengan selamatnya gambut minimal di kawasan yang menjadi areal budidaya masyarakat, diharapkan tidak ada lagi kontribusi kabut asap yang dihasilkan dari aktivitas budidaya pertanian masyarakat.
Selain itu juga kata dia kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan banyaknya teknologi terbaru dalam teknik budidaya di lahan gambut yang bisa diterapkan masyarakat tanpa harus membakar lahan dengan hasil yang meningkat.
"Tentunya kami sangat berharap Bapak Presiden tidak membubarkan BRG, Kalbar adalah daerah dengan kawasan gambut yang luas, perlu perhatian khusus dan BRG adalah alat negara yang dibutuhkan saat ini untuk menjaga gambut dan menyejahterakan masyarakat," kata Heri.
Baca juga: Tanpa membakar, M Yasin olah lahan gambut jadi lebih ramah tanaman
Baca juga: Perempuan desa gambut Kalbar produksi 10 ribu masker kain cegah COVID-19
Baca juga: Wali Kota Pontianak ingatkan larangan bakar lahan cegah Karhutla
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Kondisi pandemi tentunya cukup memusingkan dari sisi anggaran, tapi keberadaan BRG masing sangat dibutuhkan untuk menjamin kawasan hidrologis gambut tetap terjaga dan masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari kawasan itu," kata Heri Mustari, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Gerakan Kebangkitan Petani dan Nelayan Indonesia (Gerbang Tani) Kalimantan Barat, Kamis.
Menurut dia, BRG telah berhasil membina puluhan desa peduli gambut dan mengajak mitra strategis mereka seperti banyak Non Government Organization (NGO) untuk turut serta peduli terhadap desa-desa yang berada di kawasan gambut.
Baca juga: Kepala BRG sebut cetak sawah baru sama dengan program restorasi gambut
"BRG mampu menarik dukungan anggaran di luar negara agar masuk ke desa dan digunakan untuk meningkatkan ekonomi desa, dampaknya tentu pada upaya peningkatan Indeks Desa Membangun," tuturnya.
Point penting dari keberadaan BRG kata dia adalah penyelamatan ekosistem gambut yang saat ini juga menjadi kepedulian dunia karena rusaknya gambut akan berdampak pada perubahan iklim, katanya.
Pemerintah juga telah memulai proses kepedulian yang sama dengan memunculkan nomenklatur program menjadi Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dalam Dalam RPJMN 2020-2024 yang menunjukkan isu kemandirian desa tetap menjadi fokus dalam Nawacita jilid II.
"Penyelamatan gambut dengan mengesampingkan masyarakatnya tentu tidak mudah, BRG menyatukan dua upaya, gambut selamat, masyarakatnya juga sejahtera, karena ada peran edukasi yang dilakukan," katanya.
Dengan selamatnya gambut minimal di kawasan yang menjadi areal budidaya masyarakat, diharapkan tidak ada lagi kontribusi kabut asap yang dihasilkan dari aktivitas budidaya pertanian masyarakat.
Selain itu juga kata dia kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan banyaknya teknologi terbaru dalam teknik budidaya di lahan gambut yang bisa diterapkan masyarakat tanpa harus membakar lahan dengan hasil yang meningkat.
"Tentunya kami sangat berharap Bapak Presiden tidak membubarkan BRG, Kalbar adalah daerah dengan kawasan gambut yang luas, perlu perhatian khusus dan BRG adalah alat negara yang dibutuhkan saat ini untuk menjaga gambut dan menyejahterakan masyarakat," kata Heri.
Baca juga: Tanpa membakar, M Yasin olah lahan gambut jadi lebih ramah tanaman
Baca juga: Perempuan desa gambut Kalbar produksi 10 ribu masker kain cegah COVID-19
Baca juga: Wali Kota Pontianak ingatkan larangan bakar lahan cegah Karhutla
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020