Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar, M Munsif mengatakan peternak sapi di Kalbar saat ini hanya mampu suplai sebesar 45 persen namun demikian harga di tingkat konsumen trelatif stabil dengan rata - rata Rp130.000 per kilogram.

"Meskipun suplai sapi siap potong di Kalbar belum memenuhi semua kebutuhan dan sisanya didatangkan dari luar namun harga di tingkat konsumen masih relatif terjaga atau stabil," ujarnya di Pontianak, Jumat.

Ia menyebutkan dalam sebulan untuk sapi yang didatangkan dari luar terutama dari Pulau Madura, Jawa Timur di kisaran 1.500 ekor - 2.500 ekor.

"Sekitar 40 persen sapi siap potong dipasok dari luar Kalbar khususnya dari Madura dengan bobot karkas maksimal sekitar 124 kilogram per ekor," kata dia.

Ia menyebutkan di Kalbar harga daging sapi potong segar di pasar tradisional yang dipantau petugas awal 2021 masih aman. Meski ada sedikit kenaikan dibandingkan periode yang sama yakni Januari tahun 2020 yakni di harga Rp129.444 per kilogram

"Sejak Januari 2020 - Januari 2021 ini harga naik rata - rata Rp3.000 per kilogram  menjadi Rp.132.500 per kilogram untuk saat ini," kata dia.

Ia menambahkan  meskipun Harga Eceran Tertinggi (HET) daging sapi ditetapkan Rp120.000 per kilogram,  di wilayah Kalbar khususnya harga daging dalam lima tahun terakhir dijual di tingkat konsumen  selalu berada di kisaran Rp125.00 per kilogram atau di atas HET. 

"Sejak awal 2018 harga terus meningkat menjadi rata - rata Rp 130.000 per kilogram hingga saat sekarang," kata dia.

Menurutnya sejauh ini hampir tidak ada pasokan yang berasal dari sapi potong BX (Brahman Xross) yang diimpor dari Australia. Di wilayah Jabodetabek, pasokan di ritel modern dan terutama di pasar tradisional dominan berasal dari sapi BX eks impor yang tentunya rantai distribusinya lumayan panjang. Sehingga begitu kran impornya sedikit terganggu  atau tidak lancar akan berakibat meningkatnya biaya yang muncul dalam setiap titik di sepanjang rantai distribusinya yang berujung kenaikan harga di tingkat konsumen.

"Berbeda dengan karakter harga daging ayam atau telur ayam ras, harga daging yang terlalu tinggi justru menyebabkan konsumen menahan diri untuk membeli. Apalagi tersedia alternatif daging beku yang jauh lebih murah harganya di sekitar 85 ribu per kilogram  di toko ritel modern yg memenuhi telah persyaratan yang ditetapkan yakni memiliki registrasi sertifikat Nomor Kontrol Veteriner ( NKV)," kata dia.

Pihaknya terus memantau secara intensif pergerakan harganya di berbagai pasar di wilayah Kalbar. Potensi kenaikan perlu diwaspadai dan perlu diantisipasi mengingat dengan cuaca ekstrem yang memicu gelombang laut yang tinggi sejak Desember 2020 hingga  April 2021 ini. Kondisi itu akan berdampak terhentinya sementara pasokan sapi potong yang diangkut melalui transportasi laut ke Kalbar.

Selama periode cuaca ekstrem ke depan pasokan praktis mengandalkan dari populasi di wilayah Kalbar dan dari wilayah tetangga yakni Kalteng dan Kalsel. "Sapi dari kedua daerah tersebut dominan dari jenis sapi silangan antara lain Limosin, Simental, termasuk Brahman Xross dengan bobot hidup jauh lebih besar bisa dua lipat dari sapi Madura  atau sekitar 600 - 850 kilogram per ekor," kata dia.

"Bila pasokan yang berkurang terindikasi memicu kenaikan harga yang ekstrem, maka kami akan mengambil langkah untuk memberi ruang pelaku usaha produk hewan yang sudah memiliki NKV untuk  menambah pasokan daging sapi atau kerbau beku untuk sementara waktu dengan memberikan pengawasan atas peredarannya agar tidak masuk ke pasar tradisional dan tidak memicu konflik dan komplain dari pedagang daging sapi segar karena disparitas harga yang lumayan signifikan," ucapnya.

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021