Pontianak (Antara Kalbar) - Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Barat Guntur menilai kebijakan impor daging sapi beku saat puasa dan menjelang Lebaran merugikan para peternak sapi lokal termasuk di Kalbar.
"Saya sangat tidak sepakat dengan kebijakan impor daging sapi beku tersebut sebab akan menyusahkan dan merugikan peternak sapi kita," ujar legialator asal Dapil Sambas, di Pontianak, Sabtu.
Guntur menjelaskan, daging sapi beku impor dengan harga yang dijual rendah tentu menurutnya akan mematikan daya saing daging sapi lokal.
"Permintaan dan ketersedian daging sekarang kan masih seimbang. Cuman akar masalahnya adalah tingginya harga atau keterjangkauan masyarakat," ujar dia.
Ia menambahkan, meskipun kebijakan impor hanya momentum untuk puasa dan Lebaran atau hanya sesaat namun dikhawatirkan kondisi ini bisa dimanfaatkan segelintir orang hingga berkelanjutan.
"Namanya usahakan mencari peluang. Momen ini diteruskan untuk memasukkan barang impor. Apalagi perilaku konsumtif kita kan akan membeli yang lebih murah. Ada lebih murah atau selisih sedikit dikejar tanpa melihat faktor lainnya," kata politisi PAN ini.
Ia berharap kebijakan yang ada hanya sesaat saja dan langkah ke depan harus lebih memperhatikan peternak yang ada.
"Satu sisi pemerintah menghasilkan sejuta dan seterusnya sapi. Namun di sisi lain kok impor. Artinya ini tidak singkron. Saya harap kebijakan terbaik ke depan berpihak kepada petani dan juga masyarakat," kata dia.
Sementara itu terpisah Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar Abdul Manaf Mustafa mengatakan untuk Kalbar alokasi daging sapi beku untuk menjelang Lebaran nanti dari pusat sebesar 15 ton.
Penyaluran daging beku sendiri telah ditunjuk perusahaannya yakni Perum Bulog Wilayah Kalbar.
"Daging sapi beku yang dijual seharga Rp85 ribu per kilogram. Harga jual itu lebih mahal dari ketentuan Presiden RI yang sebesar Rp80 ribu per kilogram karena ada ongkos angkut,"kata dia.