Dampak permainan layang - layang atau layangan saat ini masih menjadi ancaman serius untuk keandalan suplai listrik di Kalbar pasalnya dari total gangguan yang ada didominasi permainan tradisional tersebut.
"Sejak Januari - Maret 2021 akibat permainan layangan karena tali kawat atau benang layang - layang yang menyangkut ke jaringan transmisi listrik sebanyak 34 kali. Dari total gangguan yang ada itu memiliki porsi sekitar 75 persen," ujar Manajer PLN UP3B Kalbar Doni Andrean di Pontianak, Minggu.
Ia menyebutkan pada 2021 ini mengalami tren gangguan yang meningkat dan menjelang saat Ramadhan diperkirakan juga akan lebih tinggi lagi sebagaimana pola tahun - tahun sebelumnya. Ia menyebutkan sepanjang 2020 lalu gangguan dampak layangan sebanyak 297 kali atau sekitar 70 persen dari gangguan lainnya.
"Saat pandemi COVID-19 kami lihat tren semakin meningkat. Tahun 2019 saja hanya 219. Sedangkan 2020 itu mencapai 297 kali gangguan. Tahun ini diprediksikan juga akan meningkat dan itu akan menjadi perhatian serius kami agar suplai listrik tidak terhambat atau mati total," katanya.
Ia mengatakan bahwa jaringan transmisi 150kV dan Gardu Induk (GI) di Kalbar saat ini sudah ditetapkan sebagai obyek vital nasional. Obyek vital nasional tersebut rentan terhadap tali layangan.
"Tali layangan kawat itu mau kawat atau benang sangat berbahaya bagi transmisi dan GI. Kalau kawat bisa membuat ledakan dan benang membuat kedipan terutama kalau basah karena kena hujan dan embun," katanya.
Parahnya lagi menurutnya, dengan kejadian yang ada bisa mengakibatkan kerusakan peralatan listrik atau obyek vital nasional tersebut sehingga pemadaman. Dengan pemadaman berdampak pada aktivitas masyarakat dan ekonomi. Bahkan sudah sangat sering terjadi korban jiwa maupun kecelakaan karena tali layangan.
"Kalau gangguan tali layangan meledak bisa butuh satu sampai dua hari untuk memperbaiki. Dengan begitu pasti ada pemadaman. Dampaknya bukan hanya satu daerah bisa beberapa kabupaten. Belum lagi korban jiwa dan luka tersayat benang atau kawat di jalan. Dampak dari permainan ini sangat besar," jelas dia.
Dengan dampak yang ada dan potensi kerusakan besar lainnya dari permainan layangan tersebut ia mengajak semua pihak dan masyarakat untuk bersama mencegah permainan layangan. Daerah kota yang padat penduduk dan banyaknya bahaya yang mengancam sudah sepatutnya permainan itu ditiadakan kecuali untuk festival yang mendapat izin pemerintah. Pihaknya terus melakukan sosialisasi dan bersama aparat untuk melakukan razia - razia.
"Secara regulasi Perda terhadap larangan layangan sudah ada. Itu harus jadi perhatian dan aturan harus ditegakkan. Kemudian penting bagi semua pihak untuk bersama mencegah permainan layangan di lingkungan masing - masing agar listrik kita handal dan terpenting juga lagi agar tidak ada keluarga atau kerabat kita menjadi korban permainan layangan," ajak dia.
Permainan layangan sangat mudah ditemukan di Kota Pontianak ketika cuaca cerah. Permainan yang ramai dilakukan ketika sore hari. Permainan adu layangan dan biasa saja dimainkan bukan hanya oleh anak - anak namun juga orang dewasa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Sejak Januari - Maret 2021 akibat permainan layangan karena tali kawat atau benang layang - layang yang menyangkut ke jaringan transmisi listrik sebanyak 34 kali. Dari total gangguan yang ada itu memiliki porsi sekitar 75 persen," ujar Manajer PLN UP3B Kalbar Doni Andrean di Pontianak, Minggu.
Ia menyebutkan pada 2021 ini mengalami tren gangguan yang meningkat dan menjelang saat Ramadhan diperkirakan juga akan lebih tinggi lagi sebagaimana pola tahun - tahun sebelumnya. Ia menyebutkan sepanjang 2020 lalu gangguan dampak layangan sebanyak 297 kali atau sekitar 70 persen dari gangguan lainnya.
"Saat pandemi COVID-19 kami lihat tren semakin meningkat. Tahun 2019 saja hanya 219. Sedangkan 2020 itu mencapai 297 kali gangguan. Tahun ini diprediksikan juga akan meningkat dan itu akan menjadi perhatian serius kami agar suplai listrik tidak terhambat atau mati total," katanya.
Ia mengatakan bahwa jaringan transmisi 150kV dan Gardu Induk (GI) di Kalbar saat ini sudah ditetapkan sebagai obyek vital nasional. Obyek vital nasional tersebut rentan terhadap tali layangan.
"Tali layangan kawat itu mau kawat atau benang sangat berbahaya bagi transmisi dan GI. Kalau kawat bisa membuat ledakan dan benang membuat kedipan terutama kalau basah karena kena hujan dan embun," katanya.
Parahnya lagi menurutnya, dengan kejadian yang ada bisa mengakibatkan kerusakan peralatan listrik atau obyek vital nasional tersebut sehingga pemadaman. Dengan pemadaman berdampak pada aktivitas masyarakat dan ekonomi. Bahkan sudah sangat sering terjadi korban jiwa maupun kecelakaan karena tali layangan.
"Kalau gangguan tali layangan meledak bisa butuh satu sampai dua hari untuk memperbaiki. Dengan begitu pasti ada pemadaman. Dampaknya bukan hanya satu daerah bisa beberapa kabupaten. Belum lagi korban jiwa dan luka tersayat benang atau kawat di jalan. Dampak dari permainan ini sangat besar," jelas dia.
Dengan dampak yang ada dan potensi kerusakan besar lainnya dari permainan layangan tersebut ia mengajak semua pihak dan masyarakat untuk bersama mencegah permainan layangan. Daerah kota yang padat penduduk dan banyaknya bahaya yang mengancam sudah sepatutnya permainan itu ditiadakan kecuali untuk festival yang mendapat izin pemerintah. Pihaknya terus melakukan sosialisasi dan bersama aparat untuk melakukan razia - razia.
"Secara regulasi Perda terhadap larangan layangan sudah ada. Itu harus jadi perhatian dan aturan harus ditegakkan. Kemudian penting bagi semua pihak untuk bersama mencegah permainan layangan di lingkungan masing - masing agar listrik kita handal dan terpenting juga lagi agar tidak ada keluarga atau kerabat kita menjadi korban permainan layangan," ajak dia.
Permainan layangan sangat mudah ditemukan di Kota Pontianak ketika cuaca cerah. Permainan yang ramai dilakukan ketika sore hari. Permainan adu layangan dan biasa saja dimainkan bukan hanya oleh anak - anak namun juga orang dewasa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021