Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Pontianak, Alwa Rerizia dalam Webinar Nasional Pekan Raya Mahasiswa Universitas Tanjungpura 2021 menilai di era digitalisasi transformasi bisnis dalam memasarkan produk menjadi 'low cost high impact'.
"Ini artinya biaya untuk pemasaran semakin rendah namun membuahkan hasil yang signifikan. Karena saat ini yang dibutuhkan adalah optimalisasi branding di media sosial yang cukup mudah diraih dengan cara meningkatkan traffic di dunia maya," ujarnya di Pontianak, Minggu.
Dalam webinar yang bertemakan "memperluas peranan mahasiswa sebagai pelopor dalam mengembangkan digitalisasi dan bisnis di era global" tersebut, ia juga mengatakan bahwa pelaku bisnis juga perlu mengetahui faktor digitalisasi dalam usahanya.
"Perlu dicek apakah kita mampu memimpin inovasi atau hanya jadi pengikut, sejauh mana kita ingin berjuang untuk dapat berkembang dari potensi sekarang dan apakah sudah menganggarkan dana untuk transformasi," tambah Owner Borneo Talent School tersebut.
Selain itu ia juga mengelompokkan pola pikir yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dewasa ini, salah satunya tiga 'circle' yakni update and upgrade, action and evaluation, serta get up - speed up - scale up - bangkit.
"Kemudian ada sembilan pola pikir digitalpreneur mulai dari integrity, intrapreneurship, innovative, intimacy, intelligent, inspiring, collagoration, acceleration dan existence. Saat ini banyak yang hanya mencari eksistensi dan tidak memiliki delapan pola pikir lainnya pada akhirnya tidak akan berjalan secara long-term," paparnya.
Sementara itu pembicara lainnya yang juga merupakan Founder Start-up Amala, Ikhwan Ruslianto mengatakan bahwa jiwa kewirausahaan pada mahasiswa perlu dikembangkan.
"Hal ini akan menjadi nilai tambah di samping bidang utama yang biasanya mahasiswa tekuni. Terlebih dalam era digital sekarang," katanya.
Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut ia mengatakan bahwa mahasiswa dapat mengenali jati diri dari potensi yang dimiliki dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari analisis SWOT pribadinya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan beberapa langkah untuk menjadi pelaku bisnis di era digital.
"Seperti yang dikatakan sebelumnya untuk jadi pelaku bisnis kenali diri terlebih dahulu kemudian bentuk tim, temukan masalahnya, kembangkan dalam rencana bisnis, dipresentasikan, paparkan solusi, mulai bisnis tersebut, terus mengevaluasi, dan konsisten dengan bisnis yang dijalankan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Ini artinya biaya untuk pemasaran semakin rendah namun membuahkan hasil yang signifikan. Karena saat ini yang dibutuhkan adalah optimalisasi branding di media sosial yang cukup mudah diraih dengan cara meningkatkan traffic di dunia maya," ujarnya di Pontianak, Minggu.
Dalam webinar yang bertemakan "memperluas peranan mahasiswa sebagai pelopor dalam mengembangkan digitalisasi dan bisnis di era global" tersebut, ia juga mengatakan bahwa pelaku bisnis juga perlu mengetahui faktor digitalisasi dalam usahanya.
"Perlu dicek apakah kita mampu memimpin inovasi atau hanya jadi pengikut, sejauh mana kita ingin berjuang untuk dapat berkembang dari potensi sekarang dan apakah sudah menganggarkan dana untuk transformasi," tambah Owner Borneo Talent School tersebut.
Selain itu ia juga mengelompokkan pola pikir yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dewasa ini, salah satunya tiga 'circle' yakni update and upgrade, action and evaluation, serta get up - speed up - scale up - bangkit.
"Kemudian ada sembilan pola pikir digitalpreneur mulai dari integrity, intrapreneurship, innovative, intimacy, intelligent, inspiring, collagoration, acceleration dan existence. Saat ini banyak yang hanya mencari eksistensi dan tidak memiliki delapan pola pikir lainnya pada akhirnya tidak akan berjalan secara long-term," paparnya.
Sementara itu pembicara lainnya yang juga merupakan Founder Start-up Amala, Ikhwan Ruslianto mengatakan bahwa jiwa kewirausahaan pada mahasiswa perlu dikembangkan.
"Hal ini akan menjadi nilai tambah di samping bidang utama yang biasanya mahasiswa tekuni. Terlebih dalam era digital sekarang," katanya.
Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut ia mengatakan bahwa mahasiswa dapat mengenali jati diri dari potensi yang dimiliki dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari analisis SWOT pribadinya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan beberapa langkah untuk menjadi pelaku bisnis di era digital.
"Seperti yang dikatakan sebelumnya untuk jadi pelaku bisnis kenali diri terlebih dahulu kemudian bentuk tim, temukan masalahnya, kembangkan dalam rencana bisnis, dipresentasikan, paparkan solusi, mulai bisnis tersebut, terus mengevaluasi, dan konsisten dengan bisnis yang dijalankan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021