Bupati Sambas, Kalimantan Barat, Satono mengatakan bahwa saat ini lebih dari 70 persen masyarakat Sambas adalah petani dan untuk itu bantuan dari pemerintah pusat harus berkelanjutan.

“Kenceng atau periuk orang Sambas itu hampir semuanya ada di sektor pertanian. Sekarang kita ingin menggenjot hasil produksi terutama padi. saya ingin lihat, padi yang katanya ada sekian ton berasnya di mana, padi nya mana. Kemudian apakah itu berbanding lurus dengan kesejahteraan petani,” ujarnya saat dihubungi di Sambas, Minggu.

Saat ini sambung dia, pekerjaan rumah bagi pemerintah di sektor pertanian sangat banyak. Namun pemerintah di masa Satono-Rofi sedang fokus meningkatkan jumlah produksi terutama padi.

“Kemarin yang kita panen di Lonam ada 8.05 ton per hektare, terbanyak se-Kalbar. Ini merupakan kabar yang luar biasa. Harapan saya satu hektar itu bisa 10 ton, dalam setahun bisa 3 kali panen varietas inpari 36 dan 37 itu. Tapi lagi-lagi, memang masih banyak hal yang perlu kita perhatikan,” kata dia.

Satono mengatakan, keberhasilan pembinaan sektor pertanian tidak lepas dari peran penyuluh (PPL), namun faktanya kata dia, saat ini jumlah penyuluh pertanian di Kabupaten Sambas sangat minim. Oleh karenanya, dia ingin Daniel Johan sebagai wakil rakyat di Senayan untuk mengawal itu sampai ke pemerintah pusat.

“Penyuluh pertanian di Sambas sangat terbatas. Perlu dukungan Pak Daniel Johan, karena bagaimana memberikan pendampingan kepada bapak ibu petani yang di bawah inilah yang paling penting,” katanya.

Satono mengatakan, tahun ini pemerintah daerah telah berhasil menambah jumlah pupuk subsidi yang awalnya hanya 3.000 ton menjadi 17.700 ton, bertambah 14.700 ton. Tujuannya kata dia, pemerintah ingin mengembalikan kuota pupuk subsidi yang dulunya pernah 20.000 ton per tahun.

“Itu semua butuh kerjasama semua pihak, termasuk DPR RI. Dengan begitu percepatan pembangunan sektor pertanian bisa dilakukan dengan mudah,” katanya.

Sementara itu, Daniel Johan mengatakan, para petani di Sambas harus mulai berpikir tentang digitalisasi pertanian. Karena di masa pandemi ini, penggunaan metode digital sangat berguna dan dianggap paling efektif. Apalagi Sambas harus menjadi daerah yang lebih berkemajuan.

“Selama ini banyak Bimtek dilakukan, namun belum pernah materinya tentang digitalisasi pertanian. Saya akan dorong itu, namun harus tau dulu, apakah petani paham mengenai digitalisasi, manfaatnya untuk apa, seperti apa dan siap tidak petaninya. Nanti dari hasil survey ini kan kita rumuskan hasilnya seperti apa,” katanya.

Daniel berharap, petani setuju jika harus hijrah ke metode pertanian digital. Dia ingin Sambas jadi percontohan pertama bagi daerah Kalbar. Nantinya aplikasi itu akan memudahkan masyarakat luar untuk mengenal dan melihat seperti apa sektor pertanian di Sambas.

“Saya akan dorong ini, percontohan pertama di Sambas. Nanti jeruk sambas bukan hanya orang Sambas, tapi orang yang di Amerika di Korea tau bahwa ada yang namanya jeruk Tebas,” katanya.

Sebelumnya, Bupati Sambas menyerahkan alat mesin pertanian (Alsintan) secara simbolis kepada petani yang berasal dari aspirasi Wakil Ketua DPR RI Komisi IV, Daniel Johan di halaman kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas. Adapun Alsintan yang diberikan kepada petani seperti traktor roda empat dan hand traktor roda dua.
 

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021