Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, membuka masker dan makan sambil berbincang selama di pesawat bisa meningkatkan risiko penularan COVID-19.
“Membuka masker dan makan sambil banyak bercakap-cakap tentu meningkatkan risiko penularan pula jadinya, walaupun pesawat sudah dilengkapi dengan hepa filter dan lainnya,” kata dia kepada ANTARA, Sabtu.
Pihak maskapai penerbangan untuk rute perjalanan tertentu biasanya akan membagikan makanan dan minuman pada penumpang. Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, mereka umumnya menyematkan pesan berisi ajakan tidak menyantap makanan dan minuman di dalam pesawat.
Mereka menyarankan penumpang membawa pulang hidangan yang dibagikan. Walaupun begitu, Tjandra tidak menyalahkan mereka yang tetap membuka makanan dan menyantapnya di pesawat.
Baca juga: Rusia laporkan kasus varian baru COVID lebih menular dari varian Delta
Tjandra yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI menyarankan Anda berpegian dengan aman seiring melandainya kasus COVID-19. Dia berpendapat, perlu ada berbagai penyesuaian dalam pola kehidupan baru dengan COVID-19 ini.
“Kita semua perlu belajar menyesuaikan diri, baik masyarakat luas maupun para petugas dan penentu kebijakan publik,” tutur dia yang akhirnya kembali menggunakan moda transportasi pesawat sejak September 2020.
Mereka yang bepergian menggunakan pesawat perlu menjalani swab antigen beberapa hari sebelum keberangkatan dan ketika akan pulang harus menjalani tes PCR. Menurut Tjandra, tes PCR menjadi gold standard dengan tingkat akurasi yang paling tinggi. Artinya, hasil negatif test PCR memberi keamanan yang lebih tinggi untuk pencegahan penularan COVID-19.
Selama antri menaiki pesawat, Anda diminta antri berjarak setidaknya 1 meter dengan orang lain, baik depan, belakang maupun antar barisan antrian kiri dan kanan.
Tjandra tak menyarankan penumpang membuka masker termasuk saat pemeriksaan kartu tanda penduduk (KTP) dan tiket pesawat, walaupun ini terkadang diminta petugas untuk memeriksa apakah wajah sesuai dengan kartu pengenal.
“Membuka masker walaupun sebentar tentu membuat risiko untuk terjadinya penularan. Baiknya keharusan buka masker ini tidak perlu dilakukan,”demikian kata dia.
Baca juga: Disiplin prokes jaga penularan COVID-19 tetap rendah
Baca juga: BOR di rumah sakit Kubu Raya sudah jauh menurun
Baca juga: Tambang emas ilegal Dongi-Dongi jadi klaster penularan COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Membuka masker dan makan sambil banyak bercakap-cakap tentu meningkatkan risiko penularan pula jadinya, walaupun pesawat sudah dilengkapi dengan hepa filter dan lainnya,” kata dia kepada ANTARA, Sabtu.
Pihak maskapai penerbangan untuk rute perjalanan tertentu biasanya akan membagikan makanan dan minuman pada penumpang. Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, mereka umumnya menyematkan pesan berisi ajakan tidak menyantap makanan dan minuman di dalam pesawat.
Mereka menyarankan penumpang membawa pulang hidangan yang dibagikan. Walaupun begitu, Tjandra tidak menyalahkan mereka yang tetap membuka makanan dan menyantapnya di pesawat.
Baca juga: Rusia laporkan kasus varian baru COVID lebih menular dari varian Delta
Tjandra yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI menyarankan Anda berpegian dengan aman seiring melandainya kasus COVID-19. Dia berpendapat, perlu ada berbagai penyesuaian dalam pola kehidupan baru dengan COVID-19 ini.
“Kita semua perlu belajar menyesuaikan diri, baik masyarakat luas maupun para petugas dan penentu kebijakan publik,” tutur dia yang akhirnya kembali menggunakan moda transportasi pesawat sejak September 2020.
Mereka yang bepergian menggunakan pesawat perlu menjalani swab antigen beberapa hari sebelum keberangkatan dan ketika akan pulang harus menjalani tes PCR. Menurut Tjandra, tes PCR menjadi gold standard dengan tingkat akurasi yang paling tinggi. Artinya, hasil negatif test PCR memberi keamanan yang lebih tinggi untuk pencegahan penularan COVID-19.
Selama antri menaiki pesawat, Anda diminta antri berjarak setidaknya 1 meter dengan orang lain, baik depan, belakang maupun antar barisan antrian kiri dan kanan.
Tjandra tak menyarankan penumpang membuka masker termasuk saat pemeriksaan kartu tanda penduduk (KTP) dan tiket pesawat, walaupun ini terkadang diminta petugas untuk memeriksa apakah wajah sesuai dengan kartu pengenal.
“Membuka masker walaupun sebentar tentu membuat risiko untuk terjadinya penularan. Baiknya keharusan buka masker ini tidak perlu dilakukan,”demikian kata dia.
Baca juga: Disiplin prokes jaga penularan COVID-19 tetap rendah
Baca juga: BOR di rumah sakit Kubu Raya sudah jauh menurun
Baca juga: Tambang emas ilegal Dongi-Dongi jadi klaster penularan COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021