Penanggungjawab Lapangan Satuan tugas (Satgas) Penanganan Banjir Kabupaten Sintang Letkol Inf Kukuh Suharwiyono mengatakan sebanyak 107 ton beras bantuan untuk korban banjir di Sintang wilayah Kalimantan Barat.

"Beras bantuan sudah ada 107 ton dari Pemkab Sintang dan Pemprov Kalbar sudah disalurkan, namun ada dua kecamatan yang belum disalurkan karena jalur transportasi yang sulit," kata Letkol Inf Kukuh Suharwiyono, di Sintang, Rabu.

Disampaikan Kukuh, total korban banjir di Kabupaten Sintang adalah 35.117 kepala keluarga atau 140. 468 jiwa, sedangkan untuk pengungsi yang tercatat 1.906 jiwa.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang sudah membangun posko siaga, posko kesehatan, dan dapur umum sejak terjadinya banjir.

"Saat ini ada 36 gardu PLN yang terendam banjir sehingga sebagian besar Kota Sintang aliran listriknya dipadamkan sejak 3 November 2021. Ada 16 ribu lebih pelanggan PLN yang terdampak," ucap Kukuh.

Selain itu, untuk mesin Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga terendam banjir. Dapur umum ada 24 titik yang terdiri dari 13 tiitk di Kecamatan Sintang dan sisanya di 11 kecamatan lainnya.

Kukuh yang merupakan Dandim 1205 Sintang juga menyebutkan fasilitas umum yang terdampak adalah rumah ibadah, perkantoran, jalan nasional 15 kilometer, jalan provinsi 262 kilometer, jalan perbatasan 20 kilometer.

"Ada jembatan yang roboh. Fasilitas pendidikan juga banyak yang terdampak sehingga kegiatan belajar yang ditiadakan sementara, toko sembako juga sebagian besar terdampak," jelasnya.

Ia mengatakan sejak 30 Agustus 2021 sudah ditetapkan siaga darurat banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, 5 Oktober status tanggap darurat bencana, 19 Oktober 2021 diperpanjang lagi status tanggap darurat sampai 16 November 2021.

Dari 14 kecamatan yang ada di wilayah ada 12 kecamatan terdampak, hanya dua kecamatan yang tidak terdampak yakni Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah.

"Sudah 50 hari terakhir telah terjadi dua kali banjir di Sintang, yang pertama pada awal Oktober 2021, bertahan sekitar dua Minggu, kemudian akhir Oktober 2021 terjadi lagi banjir besar dan bertahan hingga sekarang ini," kata Kukuh.

Kukuh menjelaskan banjir tersebut disebabkan oleh luapan sungai dan pertemuan dua sungai besar yakni sungai Melawi dan sungai Kapuas. Selain itu, banjir disebabkan tingginya curah hujan.

Pemkab Sintang sudah membangun posko siaga, posko kesehatan, dan dapur umum sejak terjadinya banjir, namun banyak juga warga yang memilih mengungsi ke rumah keluarganya, bahkan ada yang mengungsi di kebun karet dataran tinggi.

Dikatakan Kukuh, Pemkab Sintang bersama semua elemen sudah berusaha keras membantu masyarakat.

"Kami perlu juga dapur umum bergerak, air bersih juga kurang, mohon dukungan perahu karet, tandu, longboat dan mesinnya untuk keperluan evakuasi, mohon juga bantuan pemerintah pusat," pinta Kukuh.

Pewarta: Teofilusianto Timotius/Tantra

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021