Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Edi Rusdi Kamtono meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat untuk menyediakan bank sampah mini di sekolah-sekolah.
"Keberadaan bank sampah memberikan banyak manfaat, tidak hanya mengatasi permasalahan lingkungan tetapi juga untuk mempermudah daur ulang sampah menjadi barang yang berguna," kata Edi Rusdi Kamtono usai penanaman pohon dan edukasi pemilahan sampah di SDN 33 dan SMPN 28 Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara, Senin.
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah kemudian disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah.
"Sehingga anak-anak yang ke sekolah dari rumah membawa sampah masing-masing untuk diolah," ujarnya
Menurutnya, sampah-sampah organik juga bisa didaur ulang menjadi pupuk kompos. Sementara sampah plastik bisa dikumpulkan untuk dinilai dengan uang kemudian didaur ulang. Pemilahan sampah-sampah ini, baik organik maupun anorganik, akan memudahkan dalam pengelolaannya.
"Dengan adanya bank sampah mini di sekolah-sekolah ini diharapkan anak-anak mendapatkan edukasi tentang manfaat dari memilah sampah," ujarnya.
Edi menyebut, di SDN 33 dan SMPN 28 ini dinilainya masih belum banyak pepohonan yang ditanam. Oleh sebab itu, dirinya meminta DLH Kota Pontianak untuk membimbing atau menjadikan kawasan sekolah tersebut sebagai kawasan hijau yang produktif, misalnya kalau ingin ditanami pohon buah-buahan, dipilih buah-buahan yang cocok, dan ditanami pohon peneduh.
"Tentu teknik serta cara penanamannya maupun tempatnya ini harus diperhatikan, saya lihat masih banyak space di dekat bangunan. Kalau bisa di sekitar bangunan menanam, jadi biar agak lapang soalnya kalau di tengah ini untuk anak-anak bermain," ungkapnya.
Ia menambahkan, seiring pertumbuhan penduduk di Kota Pontianak yang terus bertambah dan hingga kini tercatat sudah mencapai sekitar 672 ribu, produksi sampah juga ikut mengalami peningkatan.
Secara teoritis, satu orang setidaknya memproduksi sekitar 2,5 kilogram sampah per hari. Di Kota Pontianak sampah yang diproduksi oleh masyarakat dari berbagai aktivitas rata-rata 360 hingga 400 ton sampah yang dihasilkan dalam sehari dan sekitar 80 persen sampah dikelola di TPA Batu Layang. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah bahkan mengerahkan bagaimana sampah ini bisa terkelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan, seperti kekumuhan dan timbulnya penyakit yang diakibatkan sampah dan lain sebagainya.
Sebagaimana diketahui, ada bermacam teknik atau metode dalam pengelolaan sampah, diantaranya Reuse, Reduce dan Recycle (3R), komposting, pengelolaan gas metan dari sampah dan sebagainya, katanya.
"Kita memikirkan bagaimana caranya sampah ini, terutama pada generasi muda, bisa mempersepsikan sampah bukan merupakan benda yang tidak berguna, tetapi benda yang bisa dikelola menjadi bermanfaat dan bernilai. Mulai dari rumah tangga hingga di pembuangan akhir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Keberadaan bank sampah memberikan banyak manfaat, tidak hanya mengatasi permasalahan lingkungan tetapi juga untuk mempermudah daur ulang sampah menjadi barang yang berguna," kata Edi Rusdi Kamtono usai penanaman pohon dan edukasi pemilahan sampah di SDN 33 dan SMPN 28 Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara, Senin.
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah kemudian disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah.
"Sehingga anak-anak yang ke sekolah dari rumah membawa sampah masing-masing untuk diolah," ujarnya
Menurutnya, sampah-sampah organik juga bisa didaur ulang menjadi pupuk kompos. Sementara sampah plastik bisa dikumpulkan untuk dinilai dengan uang kemudian didaur ulang. Pemilahan sampah-sampah ini, baik organik maupun anorganik, akan memudahkan dalam pengelolaannya.
"Dengan adanya bank sampah mini di sekolah-sekolah ini diharapkan anak-anak mendapatkan edukasi tentang manfaat dari memilah sampah," ujarnya.
Edi menyebut, di SDN 33 dan SMPN 28 ini dinilainya masih belum banyak pepohonan yang ditanam. Oleh sebab itu, dirinya meminta DLH Kota Pontianak untuk membimbing atau menjadikan kawasan sekolah tersebut sebagai kawasan hijau yang produktif, misalnya kalau ingin ditanami pohon buah-buahan, dipilih buah-buahan yang cocok, dan ditanami pohon peneduh.
"Tentu teknik serta cara penanamannya maupun tempatnya ini harus diperhatikan, saya lihat masih banyak space di dekat bangunan. Kalau bisa di sekitar bangunan menanam, jadi biar agak lapang soalnya kalau di tengah ini untuk anak-anak bermain," ungkapnya.
Ia menambahkan, seiring pertumbuhan penduduk di Kota Pontianak yang terus bertambah dan hingga kini tercatat sudah mencapai sekitar 672 ribu, produksi sampah juga ikut mengalami peningkatan.
Secara teoritis, satu orang setidaknya memproduksi sekitar 2,5 kilogram sampah per hari. Di Kota Pontianak sampah yang diproduksi oleh masyarakat dari berbagai aktivitas rata-rata 360 hingga 400 ton sampah yang dihasilkan dalam sehari dan sekitar 80 persen sampah dikelola di TPA Batu Layang. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah bahkan mengerahkan bagaimana sampah ini bisa terkelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan, seperti kekumuhan dan timbulnya penyakit yang diakibatkan sampah dan lain sebagainya.
Sebagaimana diketahui, ada bermacam teknik atau metode dalam pengelolaan sampah, diantaranya Reuse, Reduce dan Recycle (3R), komposting, pengelolaan gas metan dari sampah dan sebagainya, katanya.
"Kita memikirkan bagaimana caranya sampah ini, terutama pada generasi muda, bisa mempersepsikan sampah bukan merupakan benda yang tidak berguna, tetapi benda yang bisa dikelola menjadi bermanfaat dan bernilai. Mulai dari rumah tangga hingga di pembuangan akhir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022