Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas Hulu Kalimantan Barat melakukan percepatan penurunan angka stunting hingga ke tingkat desa wilayah setempat.
"Perencanaan hingga pelaksanaan hingga ke tingkat desa harus tepat sasaran untuk menurunkan angka stunting," kata Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan saat kampanye percepatan penurunan stunting di Putussibau Kapuas Hulu, Minggu.
Menurut Fransiskus, penanganan stunting di Kapuas Hulu sudah cukup baik selama dua tahun terakhir dan ada penurunan.
Tahun 2020, angka stunting 32,9 persen dan terjadi penurunan Tahun 2021 menjadi 31,2 persen.
Dia meminta agar penanganan stunting tersebut harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk mencapai target akhir Tahun 2024.
Dijelaskannya, stunting merupakan kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama.
Disampaikan Fransiskus, stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak.
"Stunting itu juga beresiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hiperkolesterol, hipertensi, bahkan stroke pada saat usia dewasa," jelas Fransiskus.
Dia pun mengajak seluruh pihak dan organisasi perangkat daerah terus bersama-sama melakukan sosialisasi agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari stunting, terutama bagi ibu hamil dan anak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Perencanaan hingga pelaksanaan hingga ke tingkat desa harus tepat sasaran untuk menurunkan angka stunting," kata Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan saat kampanye percepatan penurunan stunting di Putussibau Kapuas Hulu, Minggu.
Menurut Fransiskus, penanganan stunting di Kapuas Hulu sudah cukup baik selama dua tahun terakhir dan ada penurunan.
Tahun 2020, angka stunting 32,9 persen dan terjadi penurunan Tahun 2021 menjadi 31,2 persen.
Dia meminta agar penanganan stunting tersebut harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk mencapai target akhir Tahun 2024.
Dijelaskannya, stunting merupakan kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama.
Disampaikan Fransiskus, stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak.
"Stunting itu juga beresiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hiperkolesterol, hipertensi, bahkan stroke pada saat usia dewasa," jelas Fransiskus.
Dia pun mengajak seluruh pihak dan organisasi perangkat daerah terus bersama-sama melakukan sosialisasi agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari stunting, terutama bagi ibu hamil dan anak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022