Camat Pontianak Kota, Ahmad Sudiyantoro mengatakan, terdata dua kasus stunting (kerdil) di wilayah kecamatan itu, yakni pertama di Kelurahan Sungai Jawi dan kedua di Kelurahan Sungai Bangkong.
"Kami sudah meminta lurah dan puskesmas setempat untuk terus memantau kasus tersebut dan segera memberikan tindakan, dalam menekan angka stunting di tingkat kota,” kata Ahmad Sudiyantoro di Pontianak, Jumat.
Ahmad kemudian menceritakan kasus yang dia temukan di lapangan, misalnya, kedua remaja yang menikah namun melahirkan anak yang terdeteksi stunting. Oleh karena itu, dia menilai perlunya juga pembinaan terkait stunting kepada pasangan pranikah.
“Padahal secara ekonomi sudah mapan dari kedua belah pihak. Tapi kenapa bisa terjadi kasus tersebut, karena penting juga dibina sejak sebelum menikah,” katanya.
Mengantisipasi terjadinya kasus yang sama, Ahmad menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak telah menyiapkan rencana aksi untuk menekan angka stunting dan berharap, adanya upaya yang realistis. “Mudah-Mudahan di kegiatan ini kita mendapatkan hasil yang maksimal,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendro menyampaikan, salah satu bentuk penanganan stunting di Indonesia adalah dengan pembentukan tim di tingkat kelurahan.
Dia memaparkan, rencana aksi percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak harus segera dilaksanakan untuk mencapai hasil yang baik.
“Sekarang tim audit sedang bergerak. Pada pendataan tahun 2021, ada yang namanya keluarga berisiko stunting, dan di situ kelihatan, mana keluarga yang berisiko,” katanya.
Multi mengajak seluruh pihak yang tergabung dalam tim percepatan penurunan stunting untuk berinovasi, salah satunya, dia memberi contoh inovasi yang dilakukan Kelurahan Pal Lima dalam menurunkan stunting dengan konsumsi daun kelor.
“Inovasi Kelurahan Pal Lima kemarin dengan daun kelor, terbukti menurunkan 50 persen stunting di sana, sehingga bisa ditiru kelurahan yang lain,” katanya.
Ada tiga sektor yang menurut Multi memiliki urgensi untuk segera intervensi, yakni calon pengantin, ibu hamil dan bayi balita.
“Saya paling khawatir itu calon pengantin. Selain sisi spiritual, sisi fisik menjadi calon pengantin juga tidak kalah penting, karena kualitas fisik menentukan calon bayi ke depan” lanjutnya.
Multi berharap, ke depan tidak ada lagi penambahan kasus stunting di Kota Pontianak. Pihaknya akan memberikan hadiah kepada tim yang mampu menurunkan angka stunting sampai ke angka nol.
“Kalau bisa zero stunting. Akan ada hadiah kepada tim yang bisa menekan angka stunting menjadi nol,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Kami sudah meminta lurah dan puskesmas setempat untuk terus memantau kasus tersebut dan segera memberikan tindakan, dalam menekan angka stunting di tingkat kota,” kata Ahmad Sudiyantoro di Pontianak, Jumat.
Ahmad kemudian menceritakan kasus yang dia temukan di lapangan, misalnya, kedua remaja yang menikah namun melahirkan anak yang terdeteksi stunting. Oleh karena itu, dia menilai perlunya juga pembinaan terkait stunting kepada pasangan pranikah.
“Padahal secara ekonomi sudah mapan dari kedua belah pihak. Tapi kenapa bisa terjadi kasus tersebut, karena penting juga dibina sejak sebelum menikah,” katanya.
Mengantisipasi terjadinya kasus yang sama, Ahmad menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak telah menyiapkan rencana aksi untuk menekan angka stunting dan berharap, adanya upaya yang realistis. “Mudah-Mudahan di kegiatan ini kita mendapatkan hasil yang maksimal,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendro menyampaikan, salah satu bentuk penanganan stunting di Indonesia adalah dengan pembentukan tim di tingkat kelurahan.
Dia memaparkan, rencana aksi percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak harus segera dilaksanakan untuk mencapai hasil yang baik.
“Sekarang tim audit sedang bergerak. Pada pendataan tahun 2021, ada yang namanya keluarga berisiko stunting, dan di situ kelihatan, mana keluarga yang berisiko,” katanya.
Multi mengajak seluruh pihak yang tergabung dalam tim percepatan penurunan stunting untuk berinovasi, salah satunya, dia memberi contoh inovasi yang dilakukan Kelurahan Pal Lima dalam menurunkan stunting dengan konsumsi daun kelor.
“Inovasi Kelurahan Pal Lima kemarin dengan daun kelor, terbukti menurunkan 50 persen stunting di sana, sehingga bisa ditiru kelurahan yang lain,” katanya.
Ada tiga sektor yang menurut Multi memiliki urgensi untuk segera intervensi, yakni calon pengantin, ibu hamil dan bayi balita.
“Saya paling khawatir itu calon pengantin. Selain sisi spiritual, sisi fisik menjadi calon pengantin juga tidak kalah penting, karena kualitas fisik menentukan calon bayi ke depan” lanjutnya.
Multi berharap, ke depan tidak ada lagi penambahan kasus stunting di Kota Pontianak. Pihaknya akan memberikan hadiah kepada tim yang mampu menurunkan angka stunting sampai ke angka nol.
“Kalau bisa zero stunting. Akan ada hadiah kepada tim yang bisa menekan angka stunting menjadi nol,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022