Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan vaksin dosis empat untuk masyarakat umum mulai dipertimbangkan pemerintah, sebab adanya prediksi pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

"Beberapa negara sudah mulai dosis empat (booster) kedua. Perencanaan itu sudah ada pertimbangannya di Indonesia, karena pandemi jangka panjang," kata Mohammad Syahril yang dikonfirmasi via telepon di Jakarta, Jumat.

Baca juga: 53 juta warga Indonesia sudah booster
Baca juga: Tim Kesehatan Hewan vaksin ratusan ternak di Simpang Hilir
Baca juga: Yusran Anizam minta Dinkes optimalkan vaksinasi COVID-19

Syahril mengatakan sejumlah pakar epidemiologi memperkirakan status pandemi COVID-19 di dunia akan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.

Sementara, para pakar ilmu kesehatan telah menyimpulkan bahwa vaksin COVID-19 dosis lengkap primer serta dosis penguat (booster) sebagai penambah daya tahan tubuh dapat menurun dalam waktu enam bulan.

"Masa aktif atau respons vaksin antibodi setelah enam bulan menurun," katanya.

Baca juga: Pemkot Singkawang laksanakan vaksinasi PMK untuk hewan ternak
Baca juga: Vaksinasi berperan besar dalam penanggulangan pandemi COVID-19
Baca juga: 43,56 juta jiwa penduduk Indonesia sudah menerima vaksinasi penguat

Apabila terjadi pandemi berkepanjangan, kata Syahril, ada kemungkinan rekomendasi dari berbagai pihak untuk penyelenggaraan program vaksinasi booster kedua.

Menurut Syahril, Kemenkes bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) sedang melakukan pembahasan secara intensif berkaitan dengan program vaksinasi dosis keempat untuk masyarakat umum di Indonesia. "Terutama prioritas pada kelompok berisiko tinggi, tenaga kesehatan, usia lanjut, tenaga pelayanan publik, itu semua ada prioritasnya," katanya.

Hal lain yang menjadi pembahasan adalah kemampuan pemerintah dalam penyediaan stok vaksin untuk dosis keempat. "Ada beberapa negara, seperti Indonesia, vaksinasi ketiganya belum terpenuhi," katanya.

Baca juga: 166.492.274 warga Indonesia sudah divaksin COVID-19 lengkap
Baca juga: Pontianak jadi daerah dengan cakupan vaksinasi COVID-19 tertinggi se-Kalbar
Baca juga: Kabupaten Bengkayang gencar galakkan vaksinasi meski kasus melandai

Dilansir dari Dashboard Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI, vaksinasi penguat di Indonesia baru mencapai 53,89 juta jiwa lebih atau setara 25,88 persen dari target sasaran 208 juta jiwa lebih.

"Sehingga, saat ini kita masih fokus dulu pada pencapaian vaksinasi dosis lengkap primer dan penguat (dosis ketiga)," katanya.

Dorongan agar pemerintah segera menggelar vaksinasi dosis empat salah satunya dilakukan oleh Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman.

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 di Kota Singkawang capai 89,29 persen
Baca juga: Pemkab Kapuas Hulu gencarkan vaksinasi booster
Baca juga: RSPI Sulianti Saroso jadi rujukan rawat pasien Hepatitis misterius
Baca juga: Vaksinasi pada anak diperlukan sebagai upaya perlindungan

Alasannya, vaksin dosis empat penting untuk beberapa kelompok rentan, mengingat virus corona terus bermutasi dengan cepat. "Meski efektivitas vaksin turun, vaksin tetap dibutuhkan untuk mencegah keparahan saat jatuh sakit karena COVID-19," katanya.

Menurut Dicky, vaksin penguat disebut mampu menekan angka kematian atau mencegah pasien dirawat di ruang ICU rumah sakit. "Ketika virus corona ini dialami orang yang belum divaksinasi penguat bisa berakibat fatal, bahkan meninggal. Jadi, vaksin ini memang ada kelemahan bahwa dia belum bisa mencegah infeksi 100 persen," katanya.

Baca juga: Kejar target 100 persen, Kubu Raya gelar vaksinasi usai shalat Tarawih
Baca juga: Satgas catat vaksinasi COVID-19 dosis penguat mencapai 40.372.525 orang


 

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022