Umat muslim di Kabupaten Biak Numfor, Papua, melakukan shalat tarawih berjamaah di 25 masjid dalam rangka menyambut malam pertama bulan sui Ramadhan 1440 Hijriah, Rabu malam.

Beberapa masjid-masjid yang mulai dipenuhi umat muslim di Kota Biak dan Distrik Samofa sejak pukul 19.00 WIT diantaranya Masjid Agung Baiturrahman, Masjid Babussalam, Masjid Al-Hafizh Polres, Masjid Syuhada Angkasa, Masjid Almukminin Sorido, Masjid Al Ikhlas, Masjid Aqidatul Muttakim, Masjid Baitunnur, Masjid Al Bilal, dan beberapa masjid di lingkungan TNI.

Pelaksanaan shalat tarawih di Masjid Agung Baiturrahman Biak akan dimulai pukul 19.45 dipimpin Iman tetap Ustadz Masyhudi Al-Hafizh.

Pihak Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Biak Numfor telah mengeluarkan jadwal imsakiyah puasa Ramadhan 1444 Hijriah untuk Kota Biak sekitarnya yang ditandatangani tim hisab rukyat Ketua Abdul Manaf Rumadaul dan Sekretaris Hasan Basri serta diketahui Kepala Kantor Kemenag Biak Rolland S. Abidondifu S.Si.

"Waktu penetapan satu Ramadhan 1444 H/2023 M menunggu keputusan sidang Isbat Kementerian Agama RI," sebut Kasi Bimas Islam Abdul Manaf.

Baca juga: Jamaah penuhi Masjid Nabawi untuk buka puasa dan tarawih

Salah satu tokoh agama Islam Ustadz Mustopa mengakui waktu penetapan 1 Ramadhan 1444 Hijriah sebaiknya menunggu keputusan pemerintah lewat keputusan sidang isbat.

"Supaya lebih afdol puasanya kita tetap menanti keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama RI," ujarnya.

Ia mengajak umat muslim di Biak Numfor untuk memperbanyak amalan ibadah puasa Ramadhan 1444 H, seperti baca Al Quran, zikir, shalat tarawih atau shalat lail, sedekah dan menjaga silaturahim.

"Gunakan waktu puasa Ramadhan 1444 H untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala," pesannya.

Sampai pukul 19.55 WIT pelaksanaan shalat tarawih di berbagai masjid di Biak kota dan Distrik Samofa telah berjalan dengan lancar.
 

Sekitar 16 tahun yang lalu, seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kota Kediri, Jawa Timur, yang ditugaskan oleh dosennya untuk memberikan kultum (kuliah tujuh menit) sempat mengkritisi salah satu doa yang saya baca usai shalat tarawih.

"Sepertinya di setiap tarawih ada doa yang tidak realistis dengan kondisi sekarang," komentar mahasiswa semester itu mengawali kuliah singkatnya di depan puluhan anggota jamaah shalat tarawih.

"Benar nggak?" ucapnya meminta persetujuan dari saya yang pada malam itu secara kebetulan mendapat giliran mengimami shalat tarawih 20 rakaat di surau kecil tak jauh dari Alun-alun Kota Kediri.

"Hari gini berdoa agar zuhud? Apa kata dunia?" ujarnya lagi tanpa dibarengi argumentasi yang mu'tabar untuk menggugat doa yang sangat populer di kala bulan puasa itu.

Saya bisa memaklumi cara berpikir si mahasiswa yang kebetulan saya mengenalnya karena hampir di setiap aksi mahasiswa, namanya selalu saya kutip dalam pemberitaan.  Baca selengkapnya: Di balik doa kamilin yang populer itu
 

Pewarta: Muhsidin

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023