Memasuki tahun ajaran baru banyak pelajar, termasuk yang berkuliah di luar negeri mulai mempersiapkan kebutuhan studi mereka, meskipun belajar di luar negeri bisa menjadi pengalaman baru dan menarik, tetapi terdapat juga tantangan termasuk biaya studi.

Biaya studi di luar negeri meliputi biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya pendidikan lainnya. Menurut penelitian dari Wise, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia adalah tiga negara termahal untuk belajar di luar negeri.

Total biaya pendidikan di Amerika Serikat mencapai 28.947 dolar AS (Rp 437 juta), di Selandia Baru mencapai 32.803 dolar Selandia Baru (Rp 305 juta), dan di Australia mencapai 27.201 dolar Australia (Rp 273 juta).

Menurut data dari UNESCO, Indonesia memiliki lebih dari 50 ribu mahasiswa di luar negeri dan terus bertambah setiap tahunnya. Namun, biaya hidup yang tinggi menjadi tantangan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri.

Influencer penerima beasiswa dari LPDP untuk belajar di University College London, Rica Asrosa, dalam siaran resmi yang diterima Jumat (28/7) membagikan empat kiat untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri secara finansial ketika mereka memulai perjalanan studi di luar negeri.

Tinggal bersama teman/kolega

Bagi Rica, tempat tinggal menjadi isu utama dalam persiapan dikarenakan hal ini memakan hampir separuh biaya hidup. Pertimbangan memilih tempat tinggal dinilai cukup sulit dikarenakan biaya sewa yang mahal terkadang didampingi oleh fasilitas yang tidak sebanding.

Rica merekomendasikan untuk tinggal bersama teman-teman yang dikenal dalam satu sharing house untuk menekan pengeluaran dibandingkan tinggal di flat, hotel, atau tempat tinggal lainnya.


Belajar cara belanja yang cerdas

Salah satu cara terbaik untuk menghemat uang saat menempuh studi di luar negeri adalah menjadi pembelanja yang cerdas. Jika di Indonesia kita mengenal tanggal kembar untuk belanja daring, di Inggris, ada Black Friday dan Cyber Monday di mana kita dapat berbelanja barang seperti pakaian, kebutuhan pokok, bahkan alat elektronik dengan diskon besar. Rica memilih untuk memanfaatkan momen ini untuk belanja barang-barang yang sudah lama menjadi incaran.

“Ketika Black Friday, banyak barang yang dijual dengan potongan harga yang cukup besar. Sebagai pelajar rantau, momen ini dapat dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan hidup dan perlengkapan pendukung untuk studi. Dengan ini, kita bisa lebih berhemat dalam mengeluarkan uang,” kata Rica.


Masak makanan sendiri

Karena tingginya biaya hidup di London, Rica jarang makan di luar dan lebih memilih memasak sendiri di rumah. Jika ia harus makan di luar, setidaknya Rica harus mengeluarkan uang sekitar 20-30 poundsterling (Rp 350-500 ribu).

Oleh karena itu, Rica lebih memilih untuk memasak sendiri di rumah. Menurutnya, cara ini dapat membuat ia menghemat uang lebih banyak dan kualitasnya lebih terjaga, terutama sebagai penganut agama Islam.


Gunakan platform transfer uang berbiaya rendah

Ketika berbicara tentang mengelola keuangan, penting bagi para mahasiswa untuk melakukan penelitian mereka sendiri dan mencari platform dengan biaya rendah untuk mengirim dan menerima uang ke luar negeri dengan cepat dan aman.

Menurut penelitian dari Wise, sebagian besar mahasiswa internasional membayar lebih dari 900 juta poundsterling (Rp 1,7 triliun) setiap tahun dalam biaya tersembunyi berupa selisih nilai tukar yang tinggi.

Saat ini, Rica merupakan dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatera Utara dan sedang menempuh studi doktoralnya di UCL London.
 

Platform edutech untuk akses pendidikan luar negeri Schoters menyelenggarakan rangkaian program bimbingan seputar kuliah ke luar negeri secara gratis.

Inisiatif ini merupakan bagian dari perayaan hari jadi ketiga mereka, yang sekaligus ingin memperkuat komitmennya mendukung anak bangsa melanjutkan pendidikan seluas mungkin, tanpa terhalang oleh batas-batas negara. 

CEO Schoters Radyum Ikono melalui keterangannya, Jumat, mengatakan akses informasi terhadap pendidikan ke luar negeri, termasuk beasiswa yang tersedia, masih belum inklusif di Indonesia.

Padahal, persiapan yang baik dan tepat bisa menjadi jalan untuk semua kalangan melanjutkan pendidikannya ke berbagai negara, termasuk jalur beasiswa. 

"Dengan menggandeng para expert termasuk alumni kampus top luar negeri sebagai mitra, Schoters menghadirkan layanan bimbingan kuliah ke luar negeri yang dikemas menjadi end-to-end solution. Layanan yang kami tawarkan meliputi bimbingan bahasa (IELTS/TOEFL), persiapan tes seperti SAT/GRE, persiapan dokumen dan pemilihan kampus atau negara, hingga layanan pendukung seperti penerjemah tersumpah," papar Radyum. 

Selama hampir tiga tahun, layanan Schoters telah menjembatani ratusan alumni diterima di lebih dari 100 kampus terbaik di 38 negara. Termasuk kampus-kampus terbaik dunia seperti UCL, NTU, Kyoto University, Cornell University, University of Melbourne, dan masih banyak lagi.

"Supaya makin banyak lagi orang Indonesia yang mendapat kesempatan untuk kuliah di kampus terbaik dunia, di momen third anniversary Schoters, kami sengaja membuat rangkaian kelas dan webinar gratis hingga akhir tahun nanti," ujar Radyum.

Program kelas dan webinar gratis bertajuk #YukStudyAbroad ini berlangsung mulai dari tanggal 17 November hingga 19 Desember 2021, yang terdiri dari webinar mingguan yang mengundang para expert dan figur inspiratif sebagai pemateri dan kelas persiapan kuliah ke luar negeri seperti pembuatan CV yang baik, motivation letter hingga IELTS.

Semua peserta pun akan mendapatkan tes TOEFL ITP Prediction secara gratis. Baca juga: Schoters beri program bimbingan kuliah luar negeri secara gratis
 

Pewarta: Farhan Arda Nugraha

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023