Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengimbau warganya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama kemarau, mengingat intensitas kasus karhutla dalam sebulan terakhir semakin tinggi.
"Kami ingatkan untuk waspada. Dan yang lebih penting lagi, jangan membakar sampah sembarangan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Surono di Ponorogo, Minggu.
Menurut dia, kesadaran ini penting diindahkan semua pihak, terutama masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di sekitar hutan.
Kebiasaan warga yang mengumpulkan dan membakar sampah daun kering untuk membersihkan area peladangan di sekitar hutan bisa memicu terjadinya kebakaran.
Pola kasus ini hampir terjadi dan ditemukan dalam tujuh karhutla yang terjadi di Ponorogo dalam sebulan terakhir.
"Sudah ada tujuh titik lokasi kebakaran selama satu bulan terakhir. Dan semua karena faktor kelalaian (warga yang membakar sampah)," katanya.
Tujuh lokasi karhutla tersebut tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Jenangan, Kecamatan Sampung, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Sawoo.
Mayoritas kebakaran yang terjadi tersebut berada di lereng gunung maupun daerah perbukitan.
"Rata-rata penyebab kebakaran kelalaian masyarakat, biasanya bakar sampah tapi ada juga karena buka lahan," ujarnya.
Surono juga menyebut kerugian akibat kebakaran hutan tersebut mencapai tujuh hektare.
Akibat luasnya lahan yang terbakar tersebut karena petugas BPBD mengalami kesulitan lantaran sulitnya medan ditambah dengan alat yang digunakan untuk memadamkan kobaran api masih sederhana.
"Rata rata setiap lokasi itu sekitar satu hektare yang terbakar, kendalanya itu medan yang sulit dan alatnya masih sederhana," kata Surono.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan (Kalsel) menyebutkan sebanyak 4.345 titik api terdeteksi terkait peristiwa kebakaran hutan dan lahan (kathutla) di provinsi setempat sejak Juni hingga Agustus 2023.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Penanganan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Kalsel hingga Minggu (6/8) sore, luas peristiwa karhutla mencapai 1.170,89 hektare dengan ribuan titik api yang menyebar di 13 kabupaten dan kota.
“Kota Banjarbaru masih mendominasi peristiwa kebakaran hutan dan lahan,” kata Kepala BPBD Kalsel Raden Suria Fadliansyah saat dikonfirmasi di Banjarmasin, Minggu malam.
Kota tersebut tidak terlalu banyak terdeteksi sumber panas yakni hanya sekitar 164 titik api, namun peristiwa karhutla hampir setiap hari terjadi.
“Kota Banjarmasin paling minim peristiwa karhutla,” ucapnya.
Suria menyebutkan luas karhutla di Kota Banjarbaru mencapai 464,94 hektare, kemudian wilayah terluas kedua yakni Kabupaten Tanah Laut mencapai 279,13 hektare lalu disusul oleh Kabupaten Banjar dengan luas karhutla kurang lebih 223,8 hektare. Baca berita selengkapnya: 4.345 titik api karhutla terdeteksi di Kalimantan Selatan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kami ingatkan untuk waspada. Dan yang lebih penting lagi, jangan membakar sampah sembarangan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Surono di Ponorogo, Minggu.
Menurut dia, kesadaran ini penting diindahkan semua pihak, terutama masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di sekitar hutan.
Kebiasaan warga yang mengumpulkan dan membakar sampah daun kering untuk membersihkan area peladangan di sekitar hutan bisa memicu terjadinya kebakaran.
Pola kasus ini hampir terjadi dan ditemukan dalam tujuh karhutla yang terjadi di Ponorogo dalam sebulan terakhir.
"Sudah ada tujuh titik lokasi kebakaran selama satu bulan terakhir. Dan semua karena faktor kelalaian (warga yang membakar sampah)," katanya.
Tujuh lokasi karhutla tersebut tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Jenangan, Kecamatan Sampung, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Sawoo.
Mayoritas kebakaran yang terjadi tersebut berada di lereng gunung maupun daerah perbukitan.
"Rata-rata penyebab kebakaran kelalaian masyarakat, biasanya bakar sampah tapi ada juga karena buka lahan," ujarnya.
Surono juga menyebut kerugian akibat kebakaran hutan tersebut mencapai tujuh hektare.
Akibat luasnya lahan yang terbakar tersebut karena petugas BPBD mengalami kesulitan lantaran sulitnya medan ditambah dengan alat yang digunakan untuk memadamkan kobaran api masih sederhana.
"Rata rata setiap lokasi itu sekitar satu hektare yang terbakar, kendalanya itu medan yang sulit dan alatnya masih sederhana," kata Surono.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan (Kalsel) menyebutkan sebanyak 4.345 titik api terdeteksi terkait peristiwa kebakaran hutan dan lahan (kathutla) di provinsi setempat sejak Juni hingga Agustus 2023.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Penanganan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Kalsel hingga Minggu (6/8) sore, luas peristiwa karhutla mencapai 1.170,89 hektare dengan ribuan titik api yang menyebar di 13 kabupaten dan kota.
“Kota Banjarbaru masih mendominasi peristiwa kebakaran hutan dan lahan,” kata Kepala BPBD Kalsel Raden Suria Fadliansyah saat dikonfirmasi di Banjarmasin, Minggu malam.
Kota tersebut tidak terlalu banyak terdeteksi sumber panas yakni hanya sekitar 164 titik api, namun peristiwa karhutla hampir setiap hari terjadi.
“Kota Banjarmasin paling minim peristiwa karhutla,” ucapnya.
Suria menyebutkan luas karhutla di Kota Banjarbaru mencapai 464,94 hektare, kemudian wilayah terluas kedua yakni Kabupaten Tanah Laut mencapai 279,13 hektare lalu disusul oleh Kabupaten Banjar dengan luas karhutla kurang lebih 223,8 hektare. Baca berita selengkapnya: 4.345 titik api karhutla terdeteksi di Kalimantan Selatan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023