Pemerintah Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat menggelar tradisi robok-robok yaitu ritual tolak bala dan ungkapan syukur yang diawali pada 1737 Masehi untuk menyambut Opu Daeng Manambon, seorang keturunan Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan yang menyebarkan agama Islam dimulai dari Kerajaan Mempawah.

Tradisi ini berlanjut hingga saat ini dirayakan pada setiap Rabu, pekan terakhir bulan Safar, Hijriah.

”Robo-robo menjadi ajang silaturahmi yang diadakan setiap tahun pada Rabu di akhir bulan Safar diantaranya di Kelurahan Serasan, Kampung Nelayan, Kota Pontianak,” kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Rabu.


 
Tradisi robok-robok (ANTARA/Urai Jihan)


Ungkapan syukur dan tolak bala dalam kegiatan ini digelar dengan membaca doa dan dilanjutkan makan saprahan atau bersama di luar rumah, bisa di lapangan, tepi jalan, dan di badan jalan gang-gang, di halaman masjid, dan lainnya.

Edi Kamtono mengatakan robo-robo bisa menjadi kegiatan budaya yang kreatif dan produktif serta bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.

Perayaan robo-robo di Kelurahan Serasan diikuti warga tujuh RT yang dihadiri anak sekolah, masyarakat setempat, dan Pemerintah Kota Pontianak.

Tradisi ini bertujuan mempererat persaudaraan antar sesama warga, dengan makan bersama, saling berbagi satu dengan yang lain tanpa memandang status sosial.
 
Tradisi robok-robok (ANTARA/Urai Jihan)

Hidangan tradisional yang wajib ada dalam kegiatan ini seperti patlau dan ketupat. Sementara itu, kue lainnya seperti kelepon, dokok-dokok, bingke, dan lain-lain.

Masyarakat Kelurahan Banjar Serasan yang hadir membawa kue masing-masing dan saling berbagi. Momen tersebut menjadi ajang silaturahmi untuk mempererat rasa kekeluargaan dan wujud melestarikan budaya.

Pewarta: Urai Handewi Rahmawati

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023