Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan efektivitas usaha pertanian dan perkebunan masyarakat di Aceh khususnya rempah perlu didukung teknologi dan ilmu pengetahuan
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi mengatakan bahwa rempah Aceh harus menjadi peluang di masa depan. Hal ini selaras bahwa pertanian dan perkebunan menjadi sektor penyumbang ekonomi terbesar di Aceh dibandingkan sektor lain.
"Dengan sentuhan teknologi proses produksinya bisa lebih masif dan pengolahannya lebih berkualitas," kata Didik Suhardi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Didik menyampaikan hal itu saat menghadiri seminar internasional Sejarah dan Potensi Ekonomi Rempah Aceh dalam rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8, di Aceh Minggu, (5/11).
Dia mengingatkan nilai jual rempah-rempah Aceh begitu tinggi karena sudah terkenal sejak masa kerajaan dulu memiliki banyak khasiat dan fungsi.
Aceh disarankan mengembangkan pariwisata berbasis rempah, di mana para wisatawan dapat mempelajari sejarah, proses penanaman, hingga tahapan pengolahan menjadi produk turunan.
"Rempah adalah sarana diplomasi budaya melalui kuliner, tourist attraction, dan daya tawar ekonomi. Maka, nilai rempah harus ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi dan kemajuan ilmu marketing," ujarnya.
Baca juga: Rempah Aceh tercatat dalam peta perdagangan global
Didik mencontohkan salah satu rempah yakni pala yang dapat diolah menjadi minyak esensial dengan harga jual jutaan per 100ml. Artinya, rempah yang dijual tidak cukup sebagai bahan mentah namun harus menjadi bahan jadi.
"Rempah dari segi politik dan obat harus dapat meningkatkan daya tawar Aceh dalam diplomasi kepentingan daerah dan nasional. Efektivitas produksi rempah perlu didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini mendukung Aceh agar tetap menjadi produsen utama rempah," katanya.
Dia menambahkan Indonesia memiliki target sebagai negara maju pada 2045 mendatang. Salah satu langkah kemajuan yang harus didorong yakni dengan menguasai pemanfaatan teknologi yang berkembang.
Baca juga: Puan tak ingin Indonesia terjajah rempah asing
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan kesiapannya mendaftarkan Jalur Rempah sebagai world heritage atau warisan dunia ke UNESCO (Badan PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan).
"Kita siap mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO pada November 2020. Jalur Rempah ini program identitas Indonesia yang selama ini banyak dilupakan orang," kata Ketua Komite Program Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ananto K Seta dihubungi dari Banda Naira, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Senin.
Dia mengatakan, pihaknya tidak sendiri dalam mengusulkan program tersebut ke UNESCO, tetapi juga menggandeng negara-negara serumpun yang memiliki sejarah jejak jalur rempah, di antaranya Srilanka, India, Madagaskar serta Grenada.
Usulan tersebut, menurut Ananto, bukan sekedar "legacy" dari masa 4.500 tahun lalu, tetapi juga menyangkut peremajaan ladang, industri obat herbal serta paket pariwisata.
Melalui program usulan itu, pihaknya berupaya merekonstruksi perdagangan rempah di Nusantara yang berlangsung 4,5 milenium silam, dengan harapan dapat mendorong kemajuan perekonomian demi kesejahteraan masyarakat. Baca juga: Indonesia akan usulkan Jalur rempah sebagai warisan dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi mengatakan bahwa rempah Aceh harus menjadi peluang di masa depan. Hal ini selaras bahwa pertanian dan perkebunan menjadi sektor penyumbang ekonomi terbesar di Aceh dibandingkan sektor lain.
"Dengan sentuhan teknologi proses produksinya bisa lebih masif dan pengolahannya lebih berkualitas," kata Didik Suhardi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Didik menyampaikan hal itu saat menghadiri seminar internasional Sejarah dan Potensi Ekonomi Rempah Aceh dalam rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8, di Aceh Minggu, (5/11).
Dia mengingatkan nilai jual rempah-rempah Aceh begitu tinggi karena sudah terkenal sejak masa kerajaan dulu memiliki banyak khasiat dan fungsi.
Aceh disarankan mengembangkan pariwisata berbasis rempah, di mana para wisatawan dapat mempelajari sejarah, proses penanaman, hingga tahapan pengolahan menjadi produk turunan.
"Rempah adalah sarana diplomasi budaya melalui kuliner, tourist attraction, dan daya tawar ekonomi. Maka, nilai rempah harus ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi dan kemajuan ilmu marketing," ujarnya.
Baca juga: Rempah Aceh tercatat dalam peta perdagangan global
Didik mencontohkan salah satu rempah yakni pala yang dapat diolah menjadi minyak esensial dengan harga jual jutaan per 100ml. Artinya, rempah yang dijual tidak cukup sebagai bahan mentah namun harus menjadi bahan jadi.
"Rempah dari segi politik dan obat harus dapat meningkatkan daya tawar Aceh dalam diplomasi kepentingan daerah dan nasional. Efektivitas produksi rempah perlu didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini mendukung Aceh agar tetap menjadi produsen utama rempah," katanya.
Dia menambahkan Indonesia memiliki target sebagai negara maju pada 2045 mendatang. Salah satu langkah kemajuan yang harus didorong yakni dengan menguasai pemanfaatan teknologi yang berkembang.
Baca juga: Puan tak ingin Indonesia terjajah rempah asing
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan kesiapannya mendaftarkan Jalur Rempah sebagai world heritage atau warisan dunia ke UNESCO (Badan PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan).
"Kita siap mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO pada November 2020. Jalur Rempah ini program identitas Indonesia yang selama ini banyak dilupakan orang," kata Ketua Komite Program Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ananto K Seta dihubungi dari Banda Naira, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Senin.
Dia mengatakan, pihaknya tidak sendiri dalam mengusulkan program tersebut ke UNESCO, tetapi juga menggandeng negara-negara serumpun yang memiliki sejarah jejak jalur rempah, di antaranya Srilanka, India, Madagaskar serta Grenada.
Usulan tersebut, menurut Ananto, bukan sekedar "legacy" dari masa 4.500 tahun lalu, tetapi juga menyangkut peremajaan ladang, industri obat herbal serta paket pariwisata.
Melalui program usulan itu, pihaknya berupaya merekonstruksi perdagangan rempah di Nusantara yang berlangsung 4,5 milenium silam, dengan harapan dapat mendorong kemajuan perekonomian demi kesejahteraan masyarakat. Baca juga: Indonesia akan usulkan Jalur rempah sebagai warisan dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023