Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat meluncurkan aplikasi Sistem Penanganan Anak Stunting (Sianting) guna mengoptimalkan penanganan masalah stunting atau balita gagal tumbuh akibat kurang gizi.
Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor di Wasior, Rabu, mengatakan bahwa peluncuran aplikasi berbasis website akan mempermudah pemerintah daerah dan petugas medis memantau perkembangan program intervensi stunting.
Aplikasi tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat Teluk Wondama untuk memberikan laporan jika menemukan balita yang terindikasi menderita stunting.
"Dengan adanya website, bisa lebih mudah mendapat laporan kasus baru sekaligus pantau penanganan yang dilakukan," kata Hendrik Mambor.
Menurut dia pemerintah daerah terus berupaya agar masalah stunting dapat ditangani dengan baik, sehingga tumbuh kembang generasi muda berjalan sesuai ekspektasi.
Selain program intervensi yang melibatkan lintas elemen, peluncuran website penanganan stunting diharapkan dapat mengintegrasikan data balita dan ibu hamil pada seluruh wilayah Teluk Wondama.
"Hadirnya aplikasi Sianting juga membantu para orang tua asuh anak stunting ikut pantau perkembangan," ujar Hendrik.
Berdasarkan pengukuran periode September 2023, kata dia, terdapat 204 balita dari 3.376 balita di Kabupaten Teluk Wondama dikategorikan stunting.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan periode Juli 2023 yang tercatat 35 balita stunting, hal ini sejalan dengan masifnya pendataan ke seluruh wilayah.
"Pendataan terus ditingkatkan yang diikuti dengan tindakan cepat. Kami optimis prevalensi bisa turun sampai 14 persen di tahun 2024," ucap Hendrik Mambor.
Baca juga: Kader BKB meningkatkan pemahaman percepatan penurunan stunting
Baca juga: 432 kader dukung upaya pencegahan stunting di Jayapura
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor di Wasior, Rabu, mengatakan bahwa peluncuran aplikasi berbasis website akan mempermudah pemerintah daerah dan petugas medis memantau perkembangan program intervensi stunting.
Aplikasi tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat Teluk Wondama untuk memberikan laporan jika menemukan balita yang terindikasi menderita stunting.
"Dengan adanya website, bisa lebih mudah mendapat laporan kasus baru sekaligus pantau penanganan yang dilakukan," kata Hendrik Mambor.
Menurut dia pemerintah daerah terus berupaya agar masalah stunting dapat ditangani dengan baik, sehingga tumbuh kembang generasi muda berjalan sesuai ekspektasi.
Selain program intervensi yang melibatkan lintas elemen, peluncuran website penanganan stunting diharapkan dapat mengintegrasikan data balita dan ibu hamil pada seluruh wilayah Teluk Wondama.
"Hadirnya aplikasi Sianting juga membantu para orang tua asuh anak stunting ikut pantau perkembangan," ujar Hendrik.
Berdasarkan pengukuran periode September 2023, kata dia, terdapat 204 balita dari 3.376 balita di Kabupaten Teluk Wondama dikategorikan stunting.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan periode Juli 2023 yang tercatat 35 balita stunting, hal ini sejalan dengan masifnya pendataan ke seluruh wilayah.
"Pendataan terus ditingkatkan yang diikuti dengan tindakan cepat. Kami optimis prevalensi bisa turun sampai 14 persen di tahun 2024," ucap Hendrik Mambor.
Baca juga: Kader BKB meningkatkan pemahaman percepatan penurunan stunting
Baca juga: 432 kader dukung upaya pencegahan stunting di Jayapura
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023