Kanker paru-paru menghentikan perjalanan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada Rabu sekitar pukul 11.41 WIB.
Perempuan yang lahir di Jakarta tanggal 1 Februari 1955 itu wafat setelah selama satu setengah tahun lebih berusaha melawan kanker dalam jaringan parunya.
Orang-orang di sekitar almarhumah Endang mengenang dia sebagai seorang pekerja keras.
Menurut mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan I Nyoman Kandun, semasa menjadi peneliti Endang dikenal serius bekerja dan tekun.
"Dia baik, orangnya serius dan tekun bekerja," kata Kandun.
Sementara Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Murti Utami sambil terisak mengenang atasannya hanya bisa berkata, "Beliau yang terbaik dalam segala hal."
Endang mulai menjabat Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II sejak 22 Oktober 2009.
Ketika itu orang-orang terkejut mengetahui pengangkatannya menjadi Menteri Kesehatan karena sebelumnya nama Endang tidak pernah disebut dalam daftar nama calon menteri yang diuji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pun menuduh dia mengirimkan spesimen virus flu burung H5N1 ke laboratorium riset Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Medical Research Unit/NAMRU-2).
Namun penggemar fiksi ilmiah yang suka membaca karya-karya Michael Crichton, John Grisham, Agatha Christie dan Pramoedya Ananta Toer itu menghadapi tuduhan tersebut dengan tenang.
Dia hanya mengatakan bahwa akan lebih baik bagi dia untuk fokus pada tugas yang menunggu daripada berusaha membuktikan dirinya tidak melakukan apa yang dituduhkan.
Pada awal masa jabatannya, alumnus Universitas Indonesia dan Universitas Harvard, Amerika Serikat, itu mengatakan bahwa dia akan melakukan reformasi di sektor kesehatan.
"Berbagai upaya yang ada harus dimajukan. Saya akan fokus pada pencegahan dari hulu ke hilir. Jadi tidak hanya terapi yang akan dilakukan, tapi juga promosi," kata ibu dari dua putra dan satu putri itu.
Selama menjabat, Endang melanjutkan sebagian program pendahulunya dan menambahkan beberapa program, termasuk diantaranya program Jaminan Persalinan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan.
Perjalanan Karir
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979, Endang memulai karir sebagai dokter di berbagai daerah, termasuk Puskesmas di Nusa Tenggara Timur selama 2,5 tahun
Istri dr Reanny Mamahit itu kemudian menjadi peneliti madya di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada 2004 dan tahun 2007 diangkat menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan.
Selama tahun 1997-2008, penyuka komik dan penggemar komik Donald Bebek itu juga menjabat sebagai penasihat teknis pada Departemen Respons Penyebaran Penyakit WHO di Jenewa, Swiss.
Tahun 2008, ia dikembalikan ke posisi sebagai peneliti madya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Setelah satu bulan di posisi itu, Endang diangkat menjadi peneliti utama pada lembaga penelitian yang sama.
Bulan Oktober tahun 2009 dia diangkat menjadi Menteri Kesehatan namun pada 26 April 2012 dia minta mengundurkan diri karena sakit.
(M035)