Jakarta (ANTARA Kalbar) - Sebanyak 15 jenazah korban Sukhoi Superjet 100 yang berhasil diidentifikasi berdasarkan pencocokkan data primer ante mortem dan post mortem.
"Proses identifikasi mengutamakan data primer, yakni pemeriksaan gigi geligi, DNA dan sidik jari yang dimiliki para korban Sukhoi," kata Direktur Eksekutif DIsaster Victim Identification (DVI) dan Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polri Kombes Anton Castilani kepada wartawan, Jumat.
Menurut Anton, data ante mortem lainnya (sekunder) berupa jaket dan pakaian yang dipakai korban Sukhoi SuperJet 100 tidak bisa dijadikan pegangan oleh Tim DVI saat melakukan identifikasi jenazah.
"Banyak kasus yang ditemukan, properti milik korban berupa jaket atau pakaian yang dipakai sebagai tanda untuk mengenali korban bisa saja terjadi tukar-menukar sehingga mengakibatkan 'missleading'," ujarnya.
Data ante mortem primer yang dimiliki tim identifikasi dicocokkan dengan post mortem body part jenazah yang telah dikirimkan ke RS Polri.
"Selanjutnya, tim DVI melakukan tahapan probable match, possible match, hingga akhirnya data ante mortem dan post mortem dinyatakan match," kata Anton.
Anton mengaku, pihak keluarga korban meminta agar tidak mempublikasikan nama korban sebelum keseluruhan proses identifikasi selesai.
"Para keluarga korban yang teridentifikasi merasa sependeritaan sehingga menunggu hingga semua korban Sukhoi berhasil diidentifikasi baru bisa dipublikasikan," ungkapnya.
Hingga Jumat (18/5) siang, Tim DVI RS Polri berhasil mengindentifikasi sebanyak 15 jenazah korban Sukhoi.
Berdasarkan jenis kelamin, jenazah yang teridentifikasi sebanyak 10 pria dan lima wanita. Sedangkan dari kewarganegaraan korban terdiri dari 13 WNI dan 2 WNA.
Total Jumlah WNA yang ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 berjumlah 10 orang.
(PSO-306)
Tim DVI Pakai Data Primer Ante Mortem
Jumat, 18 Mei 2012 18:31 WIB
Proses identifikasi mengutamakan data primer, yakni pemeriksaan gigi geligi, DNA dan sidik jari yang dimiliki para korban Sukhoi.