Jakarta (ANTARA Kalbar) - Yunani yang sebelumnya banyak menikmati kejayaan Eropa mulai
dari bersatunya 17 negara Eropa, euro menjadi mata uang tunggal sebagai
satu komoditas bersama, saat ini justru menjadi fokus kejatuhan ekonomi
zona euro, kata analis Ariana Nur Akbar.
Dalam risetnya, Research and Analysis Division PT Monex Investindo
Futures Ariana Nur Akbar di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa berulang
kali negara itu banyak mendapatkan bantuan dana.
Bahkan, lanjut dia, Bank Sentral Eropa (ECB) sendiri pernah
meluncurkan bantuan atau pinjaman jangka pendek guna memberikan bantuan
sementara bagi sektor keuangan di negara itu.
"Tetapi penentangan akan bantuan ini rupanya memadamkan harapan ECB
yang meminta agar Yunani memanfaatkan bantuan tersebut dengan
sebaik-baiknya," ulasnya.
Menurut Ariana, Jerman dan Prancis selaku negara-negara yang
tergolong paling sehat di seantero Eropa masih memberikan harapan kepada
Yunani tahun lalu dengan berusaha meyakinkan para negara anggota Uni
Eropa bahwa Yunani masih dapat ditolong, memandang bahwa Eropa masih
memiliki ketahanan keuangan yang kuat dan mumpuni.
Akan tetapi, tetap saja masih menimbulkan kekhawatiran. Bagaimana
tidak? Bantuan yang seharusnya diberikan atau dipinjamkan dengan
syarat-syarat tindakan pemulihan agar negara ini segera melakukan banyak
pemangkasan anggaran, menurut dia, ternyata tidak dipatuhi.
"Terbukti beberapa negara mendesak agar Yunani segera keluar dari keanggotaan negara-negara Eropa," katanya.
Di sisi lain, hal ini ditakutkan akan merusak integritas keuangan
Eropa, agar negara-negara anggota lainnya luput dari penyebaran krisis
utang di sana.
Portugal dan Spanyol mungkin dapat menjadi beberapa contoh negara
yang mendapatkan dampak signifikan penyebaran krisis utang tersebut.
Meski lelang obligasi jangka pendek dan panjang diluncurkan, kata
Ariana, tetap saja pemangkasan peringkat utang dari S&P, Moody`s dan
Fitch Ratings memberikan status bahaya bagi kedua negara tersebut.
Saat ini, kata Ariana, wacana agar Yunani segera keluar dari
keanggotaan Uni Eropa sepertinya terus bergaung keras. Hal ini karena
sepertinya Yunani tidak menganggap serius masalah utang yang
dihadapinya, dengan ketegangan politik yang terus memanas antara
partai-partai yang berkuasa di sana yang terus berdebat apakah akan
menerima persyaratan pemulihan atau menentang bantuan dana ini.
Akibat dari ketidakseriusan ini, ECB mengeluarkan ultimatum bahwa
bank sentral tersebut akan menghentikan bantuan dana ke sektor perbankan
di Yunani untuk sementara waktu, demi melihat bahwa sebenarnya Yunani
telah mendapat persetujuan untuk memangkas imbal hasil obligasi sekitar
30--50 persen dari imbal hasil investasi obligasi atau surat utang.
"Pertanyaannya sekarang adalah apakah Yunani patut untuk dipertahankan atau tidak?" kata Ariana.
Menurut dia, banyak kalangan menyebutkan bahwa Yunani masih pantas
untuk dipertahankan guna mempertahankan bahwa Eropa masih memiliki
kemampuan perekonomian terkait dengan tingkat kepercayaan investor yang
terus menurun dari waktu ke waktu.
Namun, ada sebagian kalangan berpendapat lebih baik menyingkirkan
bagian yang merupakan sumber petaka krisis utang. Ada pula yang
mengatakan akan lebih baik Yunani kembali menggunakan mata uangnya
sendiri agar dapat berusaha secara mandiri untuk mengatasi krisis utang
yang dialaminya.
"Kunci sebenarnya adalah Yunani sudah seharusnya mawas diri melihat
keadaan utangnya yang terus menimbulkan sentimen negatif di kalangan
negara-negara Eropa," terangnya.
(KR-TRT/D007)
Analis: Nasib Perekenomian Yunani di Persimpangan Jalan
Sabtu, 19 Mei 2012 6:06 WIB