Jakarta (ANTARA Kalbar) - Pengamat kebijakan publik Andrinov Chaniago mengatakan wacana pemindahan ibu kota yang berkembang sejak beberapa tahun lalu tidak pernah disikapi secara serius dan selalu hanya menjadi wacana.
"Baru setiap ada masalah seperti kemacetan yang ekstrim atau banjir yang ekstrim, muncul diskusi dan perdebatan bahwa Jakarta sudah tidak layak lagi menjadi ibu kota," kata Andrinov Chaniago di studio ANTARA TV Jakarta, Selasa.
Pengajar Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta itu mengatakan kriteria kota masa depan adalah kota yang nyaman, mampu menyejahterakan warganya, menampung semua kepentingan, tidak diskriminatif dan ada keseimbangan antara manusia dan lingkungan serta layak huni.
Bila melihat kriteria itu, Andrinov mengatakan Jakarta dari segi kualitas sangat rendah dan tidak akan mampu memenuhi kriteria sebagai kota masa depan.
"Banyak masalah di Jakarta seperti polusi udara, kemacetan, pengadaan air bersih dan kurangnya layanan publik yang membuat kualitas Jakarta sebagai kota masa depan sangat rendah," tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Palangka Raya Riban Satia mengatakan saat peresmian Provinsi Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangka Raya pada 1957, Presiden Soekarno mengatakan bahwa kota tersebut akan menjadi ibu kota pemerintahan.
"Saya sudah pernah melihat tata ruang dan desain pusat pemerintahan Malaysia di Putrajaya. Menurut saya tidak terlalu sulit menata Palangka Raya karena kota ini merupakan salah satu kota terluas di Asia Tenggara bahkan di dunia, sementara wilayah yang digunakan untuk permukiman masih sangat sedikit," katanya.
Andrinov Chaniago dan Riban Satia menjadi pembicara dalam acara "Bincang-Bincang ANTARA" yang akan disiarkan di beberapa jaringan stasiun televisi lokal yang bekerja sama dengan Perum LKBN ANTARA.
(T.D018)
Wacana Pemindahan Ibukota Negara Tak Serius
Selasa, 22 Januari 2013 16:58 WIB