Jakarta (Antara Kalbar) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi penghasil ikan patin terbesar melebihi negara lainnya seperti Vietnam yang saat ini merupakan negara penghasil dan pengekspor ikan patin terbesar di dunia.
"Apabila Indonesia bisa memanfaatkan dan menerapkan teknologi yang dimiliki, produksi patin Indonesia bisa melebihi Vietnam," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, dalam siaran pers KKP yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Slamet, Indonesia memang bisa menjadi negara penghasil patin terbesar apalagi KKP sudah memilih ikan Patin menjadi salah satu komoditas utama dalam program industrialisasi perikanan budidaya.
Untuk itu, ujar dia, komoditas tersebut akan terus dipacu peningkatan produksinya dari tahun ke tahun.
Lebih dari itu, lanjutnya, Indonesia mempunyai potensi lahan budidaya Patin lebih beragam antara lain karena melimpahnya sumber daya perairan seperti sungai, danau, waduk maupun perkolaman.
"Peluang ekspor patin masih cukup besar di pasar internasional. Demikian juga dengan pasar domestik, di mana kegemaran masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan patin sangat tinggi," katanya.
Selain itu, sumber daya benih patin yang melimpah dan lingkungan sungai yang relatif masih bersih dinilai juga menjadi faktor pendukung untuk bisa menghasilkan kualitas patin yang lebih bagus.
Untuk itu, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya akan mengembangkan budidaya patin secara maksimal di beberapa tempat seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Ia mengingatkan, saat ini konsumsi Patin di Eropa yang mencapai 25 persern yang berasal dari Vietnam. Sedangkan budidaya ikan patin Vietnam dilakukan di karamba dan delta yang terdapat di kawasan perairan sungai Mekong.
"Luas lahan budidaya Vietnam pada tahun 2009 saja sudah mencapai 1,1 juta hektar. Seperti sungai Mekong di Vietnam, sungai Batanghari di Jambi akan mampu menjadi salah satu sentra produksi patin di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, Indonesia akan melepas ketergantungan dari impor ikan patin Vietnam yang selama ini kerap dilakukan untuk memenuhi berbagai pasokan kebutuhan konsumen di Tanah Air.
"Patin asal Vietnam dengan kualitas bagus dan murah menjadi ancaman serius bagi patin lokal," kata Sharif Cicip Sutardjo.
Menurut dia, apabila impor patin terus-menerus dilakukan, maka patin lokal dikhawatirkan akan tidak lagi memiliki daya saing.
Ia mengingatkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumen seperti di perhotelan dan restoran, maka diperlukan patin kualitas super yang mencapai kurang lebih 100 ton per bulan.
"Beberapa tahun yang lalu kebutuhan ini dicukupi melalui impor dari Vietnam," katanya.