Damaskus (Antara Kalbar/AFP) - Suriah berang terhadap Amerika Serikat pada Selasa dengan menyebut negara adidaya itu sebagai "bajak laut bermata satu" karena Washington mengutuk rezim Bashar Al Assad atas serangan udara terhadap Aleppo.
"Gedung Putih menutup mata atas kejahatan yang dilakukan oleh kelompok teroris," kata Kantor Berita Suriah SANA, yang mengacu kepada kelompok pemberontak anti rezim Bashar.
"Sementara itu, mereka mengutuk serangan udara yang dilakukan oleh pasukan pemerintah di Aleppo," kata SANA.
Kantor berita resmi itu menyebut Washington sebagai bajak laut yang hanya melihat dengan satu mata. "Di wilayah yang terlihat oleh Gedung Putih hanyalah sekelompok warga Sudi, Qatar, dan Chechnya," katanya.
Damaskus secara sistematis menuduh "konspirasi asing" atas gejolak politik yang terjadi di Suriah, dengan menolak mengakui segala bentuk perlawanan yang menuntut agar rezim Bashar mundur dari kekuasaan.
Selama 10 hari, militer Suriah telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kota Aleppo yang merupakan basis pertahanan pemberontak.
Sedikitnya 364 orang dilaporkan tewas dalam serangan yang disebut "membabi buta" oleh Washington itu.
Seorang petugas keamanan pada Senin mengatakan kepada AFP bahwa tentara Suriah mengadaptasi taktik tersebut karena mereka mulai kekurangan pasukan darat.
Dia mengatakan bahwa banyaknya jumlah warga sipil yang jatuh dikarenakan para pemberontak bersembunyi di area pemukiman.
Dukungan warga Aleppo sudah terbagi dua sejak aksi pemberontakan terhadap rezim Assad dimulai pada musim panas 2012 lalu.
SANA juga menuduh pemerintahan Obama mendiamkan pertempuran di Maalula, sebuah kota kuno Kristiani di utara Damaskus yang baru-baru ini jatuh ke tangan kelompok jihad yang berhubungan dengan Al Qaida.
Amerika Serikat mengecam serangan udara yang terus dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah terhadap para warga sipil, termasuk serangan "membabi buta" dengan rudal jenis Scud dan bom .
Kelompok oposisi utama Suriah, Koalisi Nasional meminta agar negara-negara Barat memberlakukan zona larangan terbang untuk menghentikan serangan-serangan itu karena aksi tersebut menimbulkan malapetaka kemanusiaan dan meningkatkan ekstremisme.
Perundingan "Jenewa II" yang dijadwalkan pada 22 Januari mendatang bertujuan untuk merundingkan metode transisi politik guna mengakhiri perang saudara di negara itu.
Pertempuran yang telah berlangsung sejak Maret 2011 itu telah menewaskan sekitar 126.000 orang serta menyebabkan jutaan orang meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke negara tetangga.
(Panji Pratama)
Suriah Sebut Amerika Serikat "Bajak Laut Bermata Satu"
Rabu, 25 Desember 2013 16:52 WIB