Jakarta (Antara Kalbar) - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai masyarakat Indonesia sudah dewasa menanggapi adanya perbedaan, termasuk menanggapi Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1435 H yang tidak sama antara pemerintah dan Muhammadiyah.
"Perbedaan tidak hanya terjadi kali ini saja sehingga masyarakat sudah sangat mengerti. Tidak ada yang perlu dipersoalkan," ujarnya usai menggelar sidang itsbat di Kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin Jakarta, Rabu malam.
Pemerintah menetapkan Idul Adha 10 Dzulhijah H bertepatan pada Minggu, 5 Oktober 2014 M. Sedangkan, Muhammadiyah melalui Hisab Hakiki sudah memutuskan Sabtu, 4 Oktober 2014 M.
Pihaknya juga telah berkomunikasi dengan mayoritas ormas-ormas Islam tentang adanya perbedaan kali ini. Menurut dia, menghormati dan tidak ada satu pun yang mempermasalahkan.
"Inilah Indonesia, walau perbedaan terjadi tapi tidak ada yang mempersoalkan, khususnya sesama ormas. Perbedaan terjadi karena penafsiran kita menyikapi posisi tinggi rendahnya hilal," katanya.
Wamenag juga mengatakan, perbedaan Dzulhijah tidak serumit saat menetapkan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pada bulan Syawal.
"Intinya, banyak sekali hal positif yang disampaikan ulama-ulama menyikapi ini. Sekali lagi, perbedaan tidak perlu dibesar-besarkan," kata Nasaruddin Umar.
Sebelumnya, dalam sidang itsbat penentuan awal Dzulhijah 1435 H, tim mendapat laporan dari 70 titik yang menyatakan semua tidak melihat hilal.
Dilaporkan bahwa posisi hilal di Pos Pusat Observasi Bulan Pelabuhan Ratu, di Desa Simpenan, Kecamatan Cibeas, Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu, 24 September 2014/29 Zulkaidah 1435 adalah; tinggi/Irtifa'hilal = 0.63 derajat.
Jarak busur Bulan dari Matahari = 2,08 derajat. Umur hilal = 4 jam 34 menit 35 detik. Frtaksi Illuminasi hilal = 0,05 persen.
Sementara dasar kriteria Imkanurukyat 2 derajat. Hilal Syawal 1404 H tinggi dua derajat, ijtima' terjadi jam 10.18 WIB, 29 Juni 1984. Kriteria ini juga dipakai oleh sejumlah negara Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura' (MABIM).
Dengan demikian tidak ada referensi empiris visibilitas (ketampakan) hilal jika hilal awal Zulhijah 1435 H teramati.
"Jadi, tidak ada referensi apa pun bahwa hilal Zulhijah 1435 H pada 24 September 2014 dapat teramati dari wilayah Indonesia," kata anggota Badan Hisab dan Rukyat Planetarium, Cecep Nurwenday.
(SDP-70/Z. Meirina)