Jakarta (Antara Kalbar) - Pemanfaatan ilmu integratif ekohidrologi merupakan paradigma baru dalam mencari solusi permasalahan seputar air, manusia, dan lingkungannya secara luas melalui kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa konsep dasar ekohidrologi adalah pendekatan pengelolaan sumber daya air dan biodiversitas dalam satu kesatuan.
"Walaupun ketersediaan air di Indonesia melimpah, namun secara kualitas tidak semuanya memenuhi kriteria air bersih dan sehat yang layak konsumsi. Sekarang, sebagian besar dari penduduk masih belum mengkonsumsi air bersih," kata Iskandar.
Persoalan air secara umum belakangan ini semakin memprihatinkan yang berdampak pada penurunan ekosistem global. Hal ini ditandai dengan hilangnya keanekaragaman hayati secara signifikan.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendekatan konvensional pengelolaan sumber daya air berdasarkan penerapan teknik rekayasa, intervensi sektoral, dan pengeliminasian ancaman polusi pada sejumlah sumbernya tidak cukup lagi untuk membendung krisis air global.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE - UNESCO) Hery Harjono mengatakan sumber daya air seperti danau dan sungai di Indonesia sebagian besar telah rusak dan tercemar.
Eksploitasi manusia, limbah rumah tangga, dan keberadaan industri menjadi penyebab kondisi air memburuk. Karenanya berkaca dari kondisi yang ada, ia mengatakan ekohidrologi merupakan solusi pemecahan persoalan krisis sumber daya air yang menghantui negeri ini.
Ekohidrologi melihat ekosistem sekitarnya secara menyeluruh untuk penyediaan air. Ilmu ini masih tergolong dalam ekoteknologi, yakni penggabungan antara pengetahuan lingkungan dan teknologi.
"Dengan kata lain, mengubah perlakuan terhadap air yang eksploitatif menjadi ramah lingkungan," ujar dia.
Sebagai informasi, salah satu penerapan ekohidrologi yang sudah dilakukan ialah pemanfaatan tumbuhan atau vegetasi dalam mengatasi masalah lingkungan. Contohnya pengembalian ekosistem Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat yang berdampak pada kualitas air Sungai Citarum.
Salah satu cara pembenahan waduk tersebut melalui teknik ekohidrologi. Air waduk yang tercemar dibersihkan lewat pemanfaatan tanaman seperti rumput atau eceng gondok yang ditanam di sepanjang aliran waduk, hasilnya tingkat kebersihan air meningkat dan biaya pembersihan lebih murah.
(V002/R. Malaha)