Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi, Kalimantan barat, mencatat sudah 19 orang ibu meninggal dunia saat melahirkan, bahkan kabupaten itu sempat menduduki posisi ketiga angka kematian ibu dan bayi di wilayah Kalimantan Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Melawi, Ahmad Jawahir menjelaskan pada tahun 2015 terdapat 13 kasus dan pada tahun 2016 hingga bulan Juli angka kematian ibu melahirkan sudah mencapai enam kasus.
"Dalam kurun dua tahun yaitu Tahun 2015-2016 sudah 19 orang ibu meninggal dunia saat melahirkan, yang diakibatkan beberapa faktor,"
kata Ahmad, di Nanga Pinoh, Senin.
Menurut dia salah satu penyebab persoalan tersebut masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin
maupun rendahnya kesadaran untuk melahirkan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Polindes terdekat.
"Evaluasi yang dilakukan di lapangan, untuk tahun lalu delapan kasus kematian ibu terjadi karena persalinan di rumah," kata Ahmad.
Selain itu, kata Ahmad kematian ibu saat melahirkan juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti saran serta petunjuk petugas kesehatan, sebab ibu-ibu yang meninggal tersebut rata-rata karena kehamilan risiko tinggi, yang seharusnya dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis, namun mereka justru memilih ditangani dukun beranak.
"Saat ini sudah tidak zamannya lagi kalau masyarakatnya mengandalkan dukun kampung," katanya.
Ia mencontohkan di wilayah Kecamatan Nanga Pinoh, hampir semua desa memiliki petugas kesehatan, namun masih tinggi kasus kematian ibu
dan anak. Hal tersebut membuktikan kematian ibu dan anak bukan karena faktor petugas kesehatan, namun karena kurang pahamnya masyarakat.
"Meskipun demikian, kita tidak bisa menyalahkan masyarakat sepenuhnya," kata dia.
Untuk itu, ia mengaku saat ini dirinya sudah meminta petugas kesehatan proaktif mengecek ibu hamil di desa, sekaligus penyuluhan
melalui program puskesmas keliling.
Terkait masih banyaknya daerah-daerah yang belum memiliki petugas kesehatan, pihaknya sudah berupaya mengajukan penambahan tenaga kesehatan, namun karena keterbatasan anggaran penambahan tenaga kesehatan tersebut belum bisa dipenuhi. Karena itu Dinas Kesehatan mengambil kebijakan sendiri untuk menanggulangi persoalan tersebut.
"Mulai tahun depan, kami akan memfokuskan pelayanan di Puskesmas, bidan desa ditarik ke Puskesmas, biar mereka fokus di Puskesmas.
Apalagi tahun depan, semua Puskesmas sudah rawat inap semua" ujarnya.
Tidak hanya itu, dia menegaskan pihaknya sudah menindaklanjuti kasus kematian ibu dan bayi dengan membentuk tim pengkaji audit
maternal perinatal (AMP). Dalam tim ini terdapat dokter spesialis anak dan kandungan, Dinkes, serta instansi terkait lainnya bersama pemerintah kecamatan dan desa.
Sementara itu, Asisten III Setda Melawi, Deraup berharap dengan adanya pembentukan tim AMP dapat mampu menanggulangi kasus kematian ibu dan anak di Melawi dengan cepat dan tuntas.
"Pelayanan petugas kesehatan harus ditingkatkan, selain itu setiap Puskesmas dapat menyajikan data akurat sesuai kondisi dan tidak hanya data diatas meja," kata Deraup.
(T.KR-TFT/N005)