"Proses seleksi dimulai dengan adanya surat undangan terbuka dari Galeri Nasional. Bagi calon peserta diwajibkan mengirim foto karya paling akhir tanggal 8 Februari 2017. Hasil seleksi diumumkan tanggal 25 Februari," kata Agus, saat dihubungi di Pontianak, Minggu.
Ia mengatakan, tercatat lebih dari 1.000 calon peserta yang mengikuti seleksi, dan dipilih 100 karya untuk ditampilkan 7-27 Maret. Peserta harus mengirim karya fisik siap display paling akhir tanggal 3 Maret.
Ia mengaku belum tahu berapa peserta yang ikut seleksi dari Kalbar. Namun dari KhaChiFa (Khatulistiwa Children Fan Art) sanggar tempatnya mengajar melukis bagi anak-anak dan pelajar, mengirim tiga karya termasuk karya miliknya.
Dua lainnya adalah karya Devita, dan karya instalasi bersama anak-anak KhaChiFA. "Namun keduanya belum berhasil lolos," katanya pula.
Selain Agus, seorang pelukis Kalbar lainnya Jayus juga lolos dalam seleksi tersebut.
Pelukis dari Kalimantan Barat, Agus Fitriyono dengan salah satu karyanya
Saat seleksi, Agus yang juga guru seni rupa di TK/SD/SMP dan SMA Bina Mulia Pontianak mengirimkan karyanya yang berjudul "Titi Kala Mangsa". Dalam Bahasa Jawa "Titi Kala Mangsa" berarti pada suatu ketika, adalah sebuah tanggapan terhadap tema "Perupa Membaca Indonesia" yang dilontarkan oleh Galeri Nasional pada pameran nusantara tahun ini.
Karya itu merupakan lukisan batik dengan dimensi 2x1 meter. "Saya ingin menyampaikan tentang carut marut kondisi Indonesia, demi ambisi dan keserakahan, seseorang dapat melakukan apa saja seperti figur Batara Kala dalam lukisan itu," kata Agus lagi.
Namun di balik kekacauan itu, ia melanjutkan, Indonesia adalah sebuah surga yang indah yang penuh dengan warna, dan pada saatnya nanti pasti akan datang masanya Indonesia mampu mengatasi segalanya.
Agus mengaku sempat deg-degan menunggu hasil seleksi tersebut karena penasaran. Baginya menunggu hasil seleksi sama seperti menunggu hasil lomba.
Apalagi pada 25 Februari dia harus tampil melukis pasir pada acara pentas seni di Taman Budaya Pontianak.
"Sehingga makin deg-degan, dan akhirnya rasa deg-degan berganti gembira ketika membaca hasil seleksi," katanya lagi.
Namun di sisi lain, ia merasa sedih karena karya anak-anak sanggar tempatnya mengajar, KhaChifa belum bisa lolos. "Tetapi ini menjadi pemacu semangat untuk lebih giat membimbing sekaligus memberikan contoh nyata dalam berkarya," katanya.
Pada level nasional, bagi Agus sendiri, ini merupakan seleksi kedua yang diikuti dan juga untuk kedua kalinya lolos seleksi. "Seleksi pertama pada Pameran Guru Seni Rupa 2014, dan yang kedua pameran nasional Rest Area 2017 ini," katanya lagi.
Di balik kedua seleksi tersebut, ia menyatakan, ada cerita uniknya, yakni selalu membuat karya pada "last minutes". Sehari sebelum "deadline" dan dua-duanya adalah batik painting.
"Bahkan lukisan Titi Kala Mangsa ini sempat saya siram air karena kesal dan tidak percaya diri untuk mengikuti seleksi. Namun ternyata justru memberikan efek warna yang berbeda," kata dia pula.
(N005/B014)