Semarang (Antara Kalbar) - Pakar keamanan siber Pratama Persadha
menyatakan tidak perlu mengganti Windows dengan sistem operasi komputer
lain, seperti Mac OS dan Linux, untuk menghindari serangan Ransomware
WannaCry.
Menjawab pertanyaan Antara dari Semarang, Senin malam, Pratama
yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC)
mengatakan, "Tidak harus ganti operasi sistem (OS). Namun, kalau bisa,
sih, lebih bagus."
Seperti diketahui bahwa Linux adalah sistem operasi komputer
bertipe Unix, sedangkan Mac OS adalah sistem operasi komputer yang
dibuat oleh Apple Computer khusus untuk komputer Macintosh.
Menurut Pratama, sistem Linux dan Mac OS saat ini masih aman dari
serangan "malware" (perangkat lunak berbahaya untuk merusak sistem
komputer) WannaCry.
Menyinggung tidak semua negara terkena serangan "ransomware",
misalnya Singapura, Pratama mengatakan bahwa negara tersebut sudah sadar
tentang pengamanan komputernya, antara lain, melakukan "backup" data.
"Apakah serangan itu merupakan modus baru pemerasan di dunia
maya?" tanya Antara, Pratama membenarkan bahwa tipe "malware"-nya memang
pemerasan. Akan tetapi, ketika dikirim uang, belum tentu si "hacker"
memberikan kunci untuk bisa dibuka file yang sudah terenkripsi.
Kendati ada unsur penipuan atau berpotensi melanggar Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan/atau Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11/2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE), Pratama menegaskan bahwa hukum Indonesia
sulit untuk menjerat peretas tersebut karena yang bersangkutan adalah
warga negara asing dan melakukan aktivitasnya di luar negeri.
Sebelumnya, Pratama mengatakan bahwa admin IT di setiap instansi
apa pun harus segera melakukan "update" seluruh komputer ataupun server
yang berada di jaringan. Setelah itu, melakukan "vulnerability scanning"
terhadap komputer-komputer jaringan.
Khusus untuk "ransomware" WannaCry, beberapa produk "vulnerabilty
scanner"
(https://www.rapid7.com/db/modules/auxiliary/scanner/smb/smb_ms17_010)
sudah membuat modul-modul yang mampu mendeteksi vulnerability kelemahan
yang dieksploitasi oleh WannaCry.
Walaupun demikian, "vulnerability scanning" tidak hanya untuk
mendeteksi "ransomware" (perangkat lunak untuk memblokir akses ke sistem
komputer, kemudian pelaku meminta imbalan kepada korban supaya bisa
mengakses kembali), tetapi juga dapat mendeteksi jika ada
kelemahan-kelemahan di dalam sistem.
"Jika ditemukan komputer yang mempunyai kelemahan, segera lakukan
mitigasi dengan memutusan koneksi dari komputer tersebut, kemudian
sambungkan lagi setelah dilakukan patching atau update," katanya.
Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur
Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) menyarankan agar
pengguna yang komputernya terkena "ransomware" untuk memisahkannya dari
jaringan supaya tidak menyebar.
Pakar: Tak Perlu Ganti Sistem Operasi Komputer
Senin, 15 Mei 2017 19:00 WIB