Simpang Hilir (ANTARA) - Berunjong atau meminta maaf dan doa dengan cara menundukkan kepala seperti sujud di depan orang yang lebih tua masih menjadi adat istiadat yang dipakai oleh warga Desa Sungai Mata-Mata Simpang Hilir, Kayong Utara Kalimantan Barat.
Dengan duduk bersila, orang yang dituakan di dalam keluarga mendoakan orang yang "berunjong" dengan cara menempelkan kening ke bagian salah satu paha dan orang yang dirunjongkan tersebut mengusap bagian belakangnya seraya mendoakan kebaikan kepada orang tersebut.
Adat istiadat turun menurun ini biasanya dilakukan pada perayaan hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha dan ketika sanak saudara yang jauh berkunjung kepada keluarga yang lebih tua.
Salah satu orang sepuh di Rangkap, Dusun Suka Damai Desa Sungai Mata-Mata Ujang Egol mengatakan, berunjong dijaga turun menurun sebagai cara menghormati orang yang lebih tua dan meminta doa yang diyakini membawa keberkahan hidup bagi yang berunjong.
Ia menuturkan, sanak keluarga yang dekat maupun yang telah tinggal jauh kerap kali datang kerumahnya untuk berunjong setiap perayaan hari raya besar seperti Idul Fitri saat ini.
"Saya paling tua di keluarga saya, jadi adik - adik saya beserta anak-anaknya datang dan berunjong dengan saya.Jadi kalau lebaran pertama penuh dengan keluarga yang ingin berunjong," ujar dia.
Dengan suara lirih, pria yang diselimuti rambut putih dikepalanya ini mengatakan, tradisi berunjong yang dijaga selama ini membawa kebaikan terutama sopan santun terhadap yang orang yang lebih tua tetap terjaga meskipun keterbukaan informasi saat ini menggerus moral anak - anak melenial di Indonesia.
"Tidak berkata kasar kepada orang yang lebih tua, membungkukkan badan ketika lewat depan orang tua, yang jelasnya nurut kata-kata orang, walaupun tidak semua seperti yang kita diharapkan," kata Ujang Egol.