Pontianak (ANTARA) - BMKG Supadio Pontianak memprakirakan wilayah Provinsi Kalimantan Barat akan segera turun hujan, yang sudah beberapa pekan tidak diguyur hujan, sehingga terjadi kekeringan dan memicu Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan menyebabkan air bahan baku PDAM Pontianak terinsturisi air laut.
"Berdasarkan model potensi hujan, diperkirakan Kalbar akan mulai hujan sekitar 13 Agustus 2019, dimulai dari wilayah Kalbar bagian Utara. Pada tanggal 14 Agustus 2019 diprakirakan hujan sudah akan terjadi di sebagian besar wilayah Kalbar," kata Kepala Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Erika Mardiyanti di Sungai Raya, Minggu.
Ia menambahkan, potensi kemudahan kebakaran hutan dan lahan ditinjau dari analisis parameter cuaca menunjukkan sebagian besar Kalbar dalam kategori aman mulai 15 Agustus 2019.
"Badai 'Lekima' diperkirakan sudah punah pada 13 Agustus 2019, sementara badai 'Krosa' akan punah sekitar 15 Agustus 2019. Saat badai itu punah, diprakirakan akan terjadi perubahan pola pembentukan angin di Kalbar, pola angin akan menjadi mendukung pembentukan awan hujan di Kalbar, sehingga akan berpotensi turun hujan," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, menurut Erika Kota Pontianak dan sekitarnya terhitung sudah 15 hari tidak turun hujan sejak hujan terakhir tanggal 26 dan 27 Juli 2019. Sebagian wilayah di Kabupaten Ketapang terhitung hari tanpa hujan sudah dalam kategori sangat panjang (31 hingga 60 hari), sehingga memicu banyaknya jumlah hotspot (titik panas) saat ini di Kalbar.
Kemudian, berdasarkan analisis garis angin menunjukkan angin di sekitar Kalbar bergerak ke arah utara menuju pusat badai “Lekima”, selain badai tersebut, di dekatnya terdapat juga badai "Krosa". Diduga adanya dua badai tersebut menyebabkan massa udara di Kalbar tergerak menuju pusat badai sehingga Kalbar tidak ada hujan.
"Sehubungan dengan diperkirakan masih belum adanya hujan di Kalbar hingga beberapa hari ke depan, diimbau kepada masyarakat di Kalbar agar tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan, menjaga kesehatan, menggunakan masker ketika melakukan aktivitas di luar rumah, dan lain sebagainya," jelasnya.
Sementara di tempat terpisah Wali Kota Pontianak, Kalbar, Edi Rusdi Kamtono mengimbau kepada masyarakat di kota itu agar sehemat mungkin menggunakan air bersih yang diproduksi oleh PDAM Tirta Khatulistiwa seiring dengan air baku dari Sungai Kapuas sudah terinsturisi air asin, dampak kemarau.
"Saat ini kondisi air Sungai Kapuas kadar garamnya sudah diambang batas, sehingga membutuhkan pengelolaan yang lebih dari kondisi air yang tidak terinsturisi air laut," katanya.
Menurutnya, meski pun air baku PDAM sudah terinsturisi air laut, pihaknya tetap mengolah air itu, dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kota Pontianak.
"Sehingga saya mengimbau kepada masyarakat agar hemat dalam menggunakan air," ujarnya.