Pontianak (ANTARA) - Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalimantan Barat, Jusdar mengatakan tidak benar isu yang beredar menyebutkan ada penutupan pabrik karet di provinsi itu dampak dari wabah COVID-19.
"Sejauh ini dari anggota Gapki Kalbar tidak ada yang tutup pabrik karet. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir atau resah dengan isu yang ada," ujarnya di Pontianak, Rabu.
Ia menyebutkan dampak COVID-19 sendiri jelasnya tentu ada namun tidak sampai tutup pabrik pengolahannya.
"Yang ada saat ini yakni penurunan produksi karena permintaan karet turun dampak COVID-19. Kembali, sejauh ini belum ada pabrik karet tutup dampak COVID-19," katanya.
Terkait harga karet menurutnya karena saat ini permintaan turun maka juga berpengaruh dengan harga di tengah masyarakat.
"Harga karet di awal tahun di pasar internasional sekitar 1,4 dolar AS per kilogram. Namun beberapa hari ini harga karet hanya di kisaran 1,06 dolar AS per kilogram. Harga turun dampak permintaan dari luar turun dampak COVID-19," katanya.
Sementara itu, terkait isu pabrik karet ditutup, Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus Hero mengatakan bahwa isu yang ada tidak benar. Menurutnya isu tersebut sepertinya potensial dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mencari keuntungan melalui penurunan harga pembelian karet di tingkat petani.
"Sehingga otomatis menurunkan pendapatan petani karet. Untuk itu baik Ketua Gapkindo maupun saya berharap agar masyarakat khususnya pekebun karet untuk tetap berusaha memproduksi karet seperti biasa karena pabrik karet di Kalbar tetap operasional," kata dia.
Ia tidak memungkiri, dampak COVID-19 terhadap sektor perkebunan pasti ada. Dari sisi hulu petani dianjurkan pemerintah untuk di rumah. Hal itu mendorong produksi turun.
"Dari sisi hilir, permintaan oleh negara - negara yang terdampak COVID-19 mengurangi produksi industrinya. Dengan demikian mempengaruhi karet dalam negeri sebagai bahan bakunya," katanya.
Baca juga: Gapkindo Kalbar : Dampak COVID-19 semakin menekan harga karet