Jakarta (ANTARA) - Susoh merupakan kota kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya dengan mayoritas penduduknya mengandalkan sumber pendapatan sebagai nelayan tangkap yang penghasilannya sangat bergantung terhadap kondisi cuaca.
Untuk menjangkau kecamatan ini membutuhkan waktu tujuh jam perjalan darat dari Banda Aceh menyusuri jalur pesisir barat selatan, atau sekitar dua jam perjalanan dari Kota Meulaboh.
Masyarakat Susoh sendiri awalnya tidak terlalu peduli untuk memelihara dan melestarikan terumbu karang. Sampai akhirnya Pusong Dive Club (PDC), komunitas selam yang mempunyai visi dan misi pada kecintaan lingkungan khususnya kawasan laut dan pesisir hadir serta melakukan kegiatan konservasi terumbu karang di kawasan itu.
Kegiatan sendiri dipusatkan di Pulau Gosong yang terbentuk dari tumpukan pasir dengan luas kurang lebih satu hektare. Saking kecilnya Pulau Gosong terlihat jauh, padahal dari dermaga yang lazim dimanfaatkan oleh nelayan setempat hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk menjangkaunya.
PDC dalam kegiatannya tidak sekedar melaksanakan konservasi terumbu karang, tetapi juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai manfaat terumbu karang bagi masyarakat, terutama untuk mendukung produktivitas tangkapan nelayan.
Ketua PDC Erijal mengatakan program konservasi terumbu karang tersebut bertujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan memanfaatkan ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar ekosistem tersebut melalui penguatan kapasitas pengelolaan sumberdaya laut.
Erijal mengatakan kegiatan konservasi terumbu karang ini dilaksanakan sejak tahun 2018 ini bekerja sama dengan PT Mifa Bersaudara yang merupakan anak usaha PT ABM Investama Tbk.
Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah maupun perusahaan swasta lainnya untuk turut serta memelihara lingkungan melalui program pemberdayaan masyarakat.
Rasakan manfaat
Kelompok nelayan di Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh mengaku merasakan manfaatnya dengan hadirnya PDC melalui program konservasi terumbu karang.
"Yang saya rasakan jarak tempuh untuk mencari ikan menjadi lebih dekat sehingga bahan bakar bisa dihemat kalau dulu butuh empat jerigen, kini cukup satu jerigen sudah bisa mendapat ikan," kata Ajuwir salah seorang nelayan Susoh Aceh dalam wawancara melalui videocall.
Ajuwir mengatakan dengan adanya terumbu karang ini hasil tangkapan rata-rata nelayan di Susoh meningkat 30 sampai 40 persen.
Panglima Laot Aceh Barat Daya, Hasanuddin menyebut hadirnya program konservasi sejak tahun 2018 membuat kesejahteraan nelayan Susoh meningkat.
Hasanudin sebagai ketua lembaga yang memimpin adat istiadat, kebisaaan-kebisaaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan, dan penyelesaian sengketa di wilayah Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh itu berharap program pelestarian bawah laut terus ditingkatkan karena manfaatnya akan dirasakan masyarakat nelayan itu sendiri.
Meskipun telah mendapat dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan program pelestarian terumbu karang bukanlah mudah. Menurut pengakuan Erijal pekerjaan ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran karena harus bekerja di kedalaman 15 meter di bawah permukaan laut dengan kemungkinan gagal apabila arus mendadak deras.
Di kedalaman itu kami harus mengikat karang-karang itu menjadi apartemen ikan. Kalau ikatan kurang kuat bisa lepas. Belum lagi harus tepat untuk mengukur kedalaman.
"Kalau terlalu dalam atau terlalu dangkal karang juga sulit untuk tumbuh", jelas Erijal.
Kemudian yang lebih penting lagi, jelas Erijal mengajak masyarakat untuk turut serta memelihara dan melestarikan terumbu karang. Masyarakat akan terlibat setelah merasakan manfaat dari program ini.
Mengenai pelaksanaan program, Erijal mengatakan pada tahun 2018 PDC dan Mifa Bersaudara fokus melakukan transplantasi terumbu karang mulai dari tahap pemilihan bibit, pemotongan, perawatan, penempatan bibit, dan penanaman melalui media khusus.
Tahun berikutnya dilakukan monitoring sembari menempatkan apartemen ikan di area tempat transplantasi terumbu karang dibuat. Kegiatan ini dilakukan secara periodik dan berkelanjutan.
Dari hasil kegiatan monitoring pada tahun 2020 ini diperoleh data pertumbuhan karang yang cukup baik dimana rata-rata pertumbuhan mencapai empat sampai enam sentimeter. Ini menandakan perairan laut area konservasi tersebut cukup baik.
Dukungan
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan dukungannya terhadap setiap kegiatan konservasi terumbu karang.
Suharso menerangkan terumbu karang (coral reef) yang sehat tidak hanya menyangkut aspek kelestarian lingkungan, melainkan mampu menjadi solusi dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional di masa pandemi.
Pelestarian sumber daya pesisir, dalam hal ini terumbu karang dapat menjadi salah satu contoh nyata bagaimana upaya menjaga lingkungan dapat sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat dan nasional, kata Suharso.
Berdasarkan penelitian para ahli kelautan, terumbu karang yang sehat mampu mendongkrak kekuatan ekonomi nasional sekaligus menyejahterakan masyarakat. Sebaliknya, jika terumbu karang rusak atau bahkan mati maka aset nilai ekonomi terumbu karang tak dapat dipetik manfaatnya.
Berdasarkan hitungan United Nations Environment Programme (UNEP) apabila seluruh ekosistem terumbu karang dikelola dengan baik, valuasi aset terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) Indonesia mencapai 37 miliar dolar AS atau setara dengan Rp540 triliun pada 2030.
Ekosistem terumbu karang menjadi tempat bermain, berlindung, dan sumber pakan bagi sekelompok ikan. Tak hanya itu, terumbu karang juga mampu meredam energi arus laut sehingga dapat mencegah abrasi pantai.
Indonesia dikenal sebagai negara mega marine biodiversity terbesar di dunia diharapkan mampu menggerakkan ekonomi nasional sekaligus menyejahterakan masyarakat melalui terumbu karang, mengingat luasnya mencapai 25.000 kilometer persegi dengan 69 persen jenis terumbu karang di dunia ditemukan di perairan Indonesia.
Mengingat manfaatnya yang besar bagi kesejahteraan masyarakat sudah sepatutnya program-program konservasi terumbu karang mendapat perhatian tidak hanya pemerintah daerah tetapi juga swasta dan BUMN.
Seperti disampaikan Suharso Monoarfa tidak ada salahnya mengeluarkan dana besar untuk pelestarian alam karena imbal hasil yang didapat juga sebanding bahkan bisa lebih besar lagi.
Nelayan Kecamatan Susoh rasakan manfaat terumbu karang
Selasa, 25 Agustus 2020 9:17 WIB