Jakarta (ANTARA) - Cerita tentang sulitnya generasi milenial untuk memiliki rumah sendiri masih juga sering terdengar hingga kini, bahkan tak hanya di Indonesia, namun juga di dunia.
Berdasarkan survei Consumer Sentiment Study Semester II 2020, setidaknya 58 persen responden milenial atau di rentang usia 22-39 tahun mengaku belum memiliki hunian. Dari jumlah tersebut, 63 persen di antaranya memilih menunda memiliki hunian lantaran belum menikah.
Angka ini meningkat dari periode sebelumnya yang hanya sebesar 46 persen. Fakta menarik lainnya, dari total responden milenial yang disurvei, 34 persen di antaranya mengaku masih tinggal bersama orang tua. Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada periode Januari hingga Juni 2020 terhadap 1.007 responden yang 67 persen di antaranya merupakan generasi milenial.
Namun meski sudah memiliki penghasilan tetap, ternyata masih banyak generasi milenial yang belum memiliki rumah sendiri. Kira-kira selain faktor belum menikah, penyebab lainnya apa ya?
Bila kita renungkan, penghasilan yang didapatkan para milenial banyak pula yang sudah di atas UMR. Tapi, masih saja belum bisa memiliki rumah.
Biasanya alasan utama tidak bisa memiliki rumah adalah harga rumah yang ditawarkan. Seperti kita ketahui, setiap tahunnya rumah yang dijual mengalami perubahan harga yang membuat semakin tinggi harga jual. Apalagi, peningkatan harga rumah hampir pasti terus terjadi tiap tahun.
Selain kebiasaan boros, sebagian besar generasi milenial cenderung membelanjakan sebagian besar penghasilan mereka pada hal-hal yang bersifat konsumtif.
Peningkatan harga yang terus terjadi tersebut biasanya membuat seseorang memutuskan untuk menunda membeli hingga akhirnya tidak memiliki rumah dalam jangka waktu yang cukup lama dan menyebabkan seseorang tetap memilih mengontrak ketimbang beli rumah.
Rumah Idaman
Semua orang pasti memiliki impian untuk memiliki rumah idaman, apalagi jika rumah tersebut dapat ditempati bersama keluarga. Berbagai konsep pastinya telah di impikan oleh setiap orang pada rumah idamannya.
Rumah idaman yang ideal itu haruslah nyaman bagi para penghuninya yaitu yang bikin betah tinggal di dalam rumah tersebut. Sebab rumah idaman tidak harus mengenai ukuran yang besar, mewah, dan mahal.
Menciptakan rumah idaman yang ideal sebenarnya tidaklah rumit. Hanya saja, bagaimana cara atau strateginya agar dengan dana yang terbatas, Anda tetap berpeluang besar mendapatkan rumah yang diidam-idamkan selama ini.
Pernahkah terpikir untuk membangun rumah sendiri? Bila Anda bermimpi memiliki sebuah rumah idaman untuk menjadi hunian di masa depan dengan dana terbatas, Insya Allah hal itu tetap dapat terwujud.
Meskipun membangun rumah dengan dana terbatas, diperlukan pengetahuan dan strategi khusus agar tetap dapat memiliki rumah idaman. Lalu, bagaimana langkah mengawalinya?
Pertama, tentukan konsep timeline plan rumah anda. Pada saat ini rumah minimalis menjadi favorit kebanyakan keluarga milenial. Rumah tipe minimalis adalah rumah dengan konsep pengaturan perabot yang seminimal mungkin dengan desain yang modern.
Dari situ anda kemudian dapat membuat rancangan anggarannya baru kemudian berusaha mengumpulkan modal. Biasanya konsep membangun atau membuat rumah minimalis ini biayanya bervariasi. Bisa saja lebih kecil atau lebih besar ketimbang rumah yang sudah jadi. Semua biaya akan tergantung pada pilihan material, bahan bangunan, dan aksesori yang digunakan.
Kedua, siapkan dana untuk membeli tanah kavling. Untuk dana terbatas, kesempatan memiliki tanah kavling dapat dilakukan dengan cara membeli secara tidak tunai. Uang muka untuk pembelian sistem cicilan ini biasanya mulai 20 persen dari harga jualnya.
Metode ini memang lebih nyaman untuk dapat dicapai pada target waktu minimal pada golongan jangka menengah atau biasanya tiga hingga lima tahun kemudian.
Ketiga, siapkan ongkos jasa tukang. Keberadaan tukang sangat penting karena merekalah penggerak terwujudnya rumah minimalis anda. Dalam hal ini anda perlu memikirkan jumlah tukang yang hendak diperkerjakan untuk membuat rumah minimalis sesuai konsep.
Keempat, hitung biaya konstruksi bangunan. Faktor pengeluaran biaya membuat rumah selanjutnya juga bergantung pada luas bangunan. Gunakanlah metode hitungan dengan acuan dari Rancangan Anggaran Biaya (RAB) agar bangunan yang akan anda bangun kelak memang layak dan sesuai budget.
Kelima, belilah bahan bangunan secara bertahap. Setelah mendapatkan informasi mengenai harga tanah, ongkos tukang bangunan dan biaya konstruksi bangunan, maka langkah selanjutnya adalah memilih strategi yang perlu dipilih lebih dahulu agar dana yang terbatas ini tetap mampu diharapkan untuk mewujudkan rumah idaman.
Membeli secara bertahap di sini yang dimaksud adalah membeli bahan bangunan tertentu dengan jumlah dan kualitas tertentu, dibayar kontan di awal waktu dengan janji akan diambil setelah sekian bulan atau tahun ke depan.
Keuntungan
Metode ini sangat menguntungkan bagi kedua pihak. Pembeli diuntungkan dengan tidak repot bahan bangunan akan diletakkan di lokasi mana. Atau apabila sudah ada tanah kavlingnya, tidak khawatir rusak atau akan dicuri, karena penyerahan bahan bangunan akan dilakukan saat pekerjaan pembangunan rumah baru dimulai sesuai waktu yang telah disepakati dengan pembeli.
Keuntungan kedua, pembeli mendapatkan harga bahan bangunan saat ini tanpa khawatir akan terkena inflasi saat dibutuhkan nanti. Bahan yang dibeli pun disesuaikan dengan isi kantong anda, sehingga estimasi terhadap kenaikan harga bahan bangunan yang mungkin terjadi di kemudian hari pun dapat terukur.
Keuntungan ketiga, jika terjadi kesulitan keuangan untuk membayar ongkos tukang saat tiba waktunya bahan bangunan akan diserahkan sehingga proses pembangunan tertunda, maka bahan bangunan yang telah diterima dapat dijual rugi pada harga pasaran saat itu, namun tetap untung jika dilihat dari waktu saat belinya.
Lalu apa untungnya bagi penjual bahan bangunan? Keuntungan bagi penjual sesungguhnya adalah kesempatan mendapat modal bisnis tanpa bunga, karena uang yang diterima tersebut dapat diputar untuk menambah modal bisnisnya hingga waktu pengambilan oleh pembeli terjadi.
Bukankah ketika penjual menggunakan metode ini akan berpotensi merugi di kemudian kari mengingat harga bahan bangunan pasti akan naik? Secara terukur dapat kita bandingkan keunggulan metode ini dengan sistem permodalan yang bersumber dari lembaga keuangan.
Sebab ketika sang penjual memiliki modal yang bersumber dari lembaga keuangan, sesungguhnya ia akan menanggung dua beban di masa depan. Yakni peluang inflasi terhadap harga bahan bangunan dan bunga pinjaman yang tetap harus ia bayarkan. Sedangkan dengan menggunakan metode ini, sang penjual hanya akan berpotensi menanggung beban berupa inflasi pada harga bahan bangunan tanpa ada tambahan berupa pembayaran bunga apapun.
Kemudian agar uang yang telah dibayarkan tidak disalahgunakan oleh penjual, maka dalam klausula perjanjian jual beli ini, kedua pihak bisa bersepakat untuk menunjuk lembaga keuangan untuk menyimpan, mengawasi dan membatasi penggunaan uang pembeli oleh penjual.
Sehingga dalam perjalanan waktu, potensi penyalahgunaan pembayaran uang yang dipakai penjual untuk tambahan modal bisnisnya dapat diminimalisir karena setiap ada transaksi pengambilan dan kapan waktu pengembalian uang ke rekening akan terdeteksi secara real time oleh pembeli.
Hal ini perlu dilakukan karena bila terjadi transaksi yang banyak yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu yang hampir bersamaan tanpa melibatkan lembaga keuangan, maka akan terjadi penumpukan jumlah uang di rekening penjual yang sangat besar tanpa dapat diawasi penggunaannya oleh penjual, sedangkan waktu penyerahan barang baru akan terjadi sekian bulan atau tahun mendatang.
Sehingga setelah bahan bangunan resmi diserahkan ke pembeli pada saatnya nanti, maka secara hukum barulah uang tersebut sah sepenuhnya menjadi milik penjual.
Selain harus cermat memilih penjual yang dikenal dan dipercaya oleh masyarakat sekitar, juga sebaiknya harus menyertakan lembaga keuangan sebagai pihak penyimpan, pengawas serta yang diberi kewenangan untuk membatasi penggunaan uang sesuai kemampuan bisnis penjual dalam klausula perjanjian kedua pihak.
Setelah langkah-langkah dalam menetapkan tujuan memiliki rumah telah disusun dengan baik, tugas selanjutnya adalah berkomitmen untuk memastikan target waktu yang telah ditentukan dapat dilaksanakan sesuai rencana. Apalagi karena target waktu untuk memulai pembangunan rumah dengan metode ini memang dirancang untuk jangka menengah hingga jangka panjang.
*) Baratadewa Sakti P adalah Praktisi Keuangan Keluarga & Pendamping Bisnis UMKM)