Situbondo (ANTARA) - Prajurit Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir dan Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) komando armada melaksanakan latihan operasi pembebasan tokoh penting yang disandera di wilayah Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Minggu.
Latihan puncak itu ditinjau oleh pimpinan latihan yang juga Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, didampingi direktur latihan yang juga Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Suhartono.
Dalam siaran pers Dispen Korps Marinir, Kasal mengatakan kegiatan latihan ini untuk meningkatkan profesionalisme, khususnya bagi prajurit junior, sehingga mereka memiliki pengalaman yang sangat bagus.
"Nanti yang kalian hadapi di medan yang sesungguhnya seperti ini dan dalam cuaca masih gelap kalian diterjunkan dan harus mengumpul di suatu tempat. Ini tidak mudah, karena kalian pasukan khusus harus diberikan latihan-latihan yang tidak mudah, sehingga nantinya kalian diperintahkan untuk menghancurkan sasaran-sasaran strategis di daerah operasi," katanya.
Ke depan, kata Kasal, pihaknya akan membuat tempat-tempat atau sasaran untuk latihan yang sesungguhnya. Latihan yang sudah dilaksanakan secara rutin ini nantinya akan diubah, sehingga pola pikir prajurit ke depan harus berubah terus, karena memang situasi ke depan tidak akan sama seperti saat ini.
"Demikian juga dalam pelaksanaan latihan, nantinya yang akan kalian hadapi adalah betul-betul musuh," katanya pula.
Operasi pembebasan sandera yang dilakukan oleh pasukan khusus TNI AL tersebut merupakan puncak Latihan Operasi Dukungan Pasukan Khusus Gabungan (Latopsdukpassusgab) TNI AL Tahun 2021 yang digelar di wilayah Surabaya, Situbondo, dan sekitarnya.
Sebelumnya, prajurit khusus itu telah melalui berbagai tahapan latihan, mulai dari latihan geladi posko, tactical floor game (TFG), latihan parsial, dan pada puncaknya dilaksanakan latihan dalam rangka menguji proses latihan dengan melaksanakan lapangan di medan yang sebenarnya untuk merebut dan menguasai sasaran musuh serta membebaskan tokoh penting yang disandera.
Teknik yang digunakan dalam latihan itu, antara lain menerjunkan prajurit Taifib untuk melaksanakan terjun tempur pada dini hari dengan penuh kerahasiaan menggunakan pesawat Cassa U-6205 ketinggian 5.000 kaki, dan penerjunan lainnya menggunakan pesawat Cassa U-6215 dengan ketinggian 3.000 feet.
Penerjunan kedua itu diawali dengan penerjunan perahu karet dari pesawat, selanjutnya para peterjun dengan teknik terjun bebas menyusul mendarat di laut langsung menuju pantai yang dikuasai musuh dengan mengutamakan faktor kecepatan.
Kemudian dilaksanakan penyusupan dari kapal selam oleh prajurit Kopaska menuju kapal musuh untuk dilaksanakan penghancuran. Setelah semua sasaran musuh dapat direbut dan dikuasai, maka dalam rangka pengunduran serta melakukan pembebasan tokoh penting yang disandera oleh musuh, prajurit Taifib melakukannya dengan menggunakan teknik stabo, yaitu suatu teknik pemindahan pasukan lewat udara dengan menggunakan tali yang digantungkan pada helikopter.
Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh pasukan khusus, karena membutuhkan kecermatan, ketelitian, dan perhitungan yang tepat, mengingat berisiko yang sangat tinggi terhadap keselamatan pasukan maupun helikopter itu sendiri.
Turut hadir dalam peninjauan latihan, Dankodiklatal Laksdya TNI Nurhidayat, Pangkoarmada 2 Laksda TNI Dr Iwan Isnurwanto, Asrena Kasal Laksda TNI Abdul Rasyid K, Aslog Kasal Laksda TNI Puguh Santoso, Asops Kasal Laksda TNI Dadi Hartanto, Gubernur AAL Mayjen TNI (Mar) Nur Alamsyah, Danpuspenerbal Laksda TNI Edwin, dan sejumlah perwira tinggi lainnya.
Prajurit Intai Amfibi dan Kopaska latihan pembebasan sandera
Minggu, 22 Agustus 2021 13:35 WIB