Pontianak (ANTARA) - Dua perkumpulan petani sawit swadaya di Kabupaten Ketapang mendeklarasikan diri tekad dan kesiapan mereka untuk menerapkan prinsip-prinsip perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) maupun RSPO di lahan kebun sawit swadaya miliknya.
"Kami sangat mengapresiasi adanya Deklarasi tersebut sebagai bentuk komitmen terbuka kedua perkumpulan petani sawit swadaya tersebut yang bertekad untuk menerapkan prinsip dan kriteria perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di area kebun sawit sawit swadaya yg dimilikinya. Hal itu tentu sejalan dengan rencana aksi nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia yang diamanatkan pemerintah melalui Inpres, Perpres maupun Permentan," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Muhammad Munsif yang mengikuti secara penuh secara daring (zoom) dari awal hingga akhir pelaksanaan kegiatan deklarasi tersebut yang secara fisik dilakukan di Aula Kantor CU GK di Desa Air Upas, Kec Air Upas, Ketapang, Jumat 25 Maret 2022 sejak jam 08.30 WIB.
Dua perkumpulan petani sawit swadaya tersebut yakni Perkumpulan Mitra Harapan dengan anggota 390 orang dan total luas kebun 1.547 hektare. Kemudian Perkumpulan Poliplant yang beranggotakan 2.500 dengan luas kebun 4.493 hektare.
"Deklarasi petani sawit swadaya dari dua perkumpulan tersebut tidak terlepas dari peran serta Cargill Tropical Palm Grup melalui dua anak perusahaannya yakni PT Poliplant Sejahtera (PSA) dan PT Harapan Sawit Lestari (HSL) di Ketapang. Perusahaan tersebutlah mendampingi agar petani sawit swadaya yg menjadi bagian dari suplai chain industri CPO mereka bisa mendapat sertifikadi ISPO atau RSPO," katanya.
Peran perusahaan tersebut yang mengambil peran aktif memberikan pendampingan kepada pekebun sawit swadaya mitranya bisa disebut sangatlah inspiratif dan patut dijadikan contoh perusahaan sejenis di sekitarnya maupun di wilayah Kalbar umumnya.
"Peran perusahaan secara proaktif tersebut menegaskan komitmen mereka untuk menghasilkan produk berbasis sawit dengan suplai chain berkelanjutan yang ramah lingkungan, menjaga stabilitas spsial dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan pekebun sebagaimana tuntutan pasar global yg kian menguat saat ini dan kedepannya,"kata dia.
Cargill menunjukkan komitmennya tersebut bukan saja sebatas penerapan prinsip dan kriteria ISPO atau RSPO pada kebun sawit dan PKS di area konsesi yang dikuasainya, namun penerapannya juga telah menjangkau seluruh area kebun plasmanya yang mencapai luas 24 ribu hektare dengan 21 ribuan petani plasma.
Cargill mengklaim bahwa pendampingan yg telah mereka lakukan sejak 2018 hingga saat ini berhasil menjadikan sebagian besar kebun sawit plasma mitra yg dikelola oleh 13 KUD/Koperasi telah mendapat sertifikasi RSPO.
"Mulai Juni 2021, Cargil telah memulai inisiasi perluasan cakupan pendampingan Sertifikasi ISPO dan RSPO ke areal kebun sawit petani swadaya di bawah dua perkumpulan dengan target keseluruhan 4000 petani seluas 6000 hektare, Ini inisiatif dan target yang luar biasa positif yang sangat diapresiasi," katanya.
Untuk mewujudkan target pendampingan sertifikadi ISPO dan RSPO tersebut, Cargill melibatkan dan memperoleh dukungan terutama Yayasan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI), dan sejumlah SCO yg berkiprah di bidang pendampingan dan pemberdayaan petani antara lain Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH) dan Jacobs Douwe Egberts (JDE) selain didukung khusus oleh Kantor perwakilan RSPO di Indonesia.
Dalam deklarasi yang dilakukan secara hiybrid disaksikan Direktur Pengolahan dan Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan, Kadisbunak Kalbar, Staf Ahli Bupati Ketapang, OPD terkait hingga Pemdes, Presiden Direktur PT Cargiil, Ketua Yayasan FORTASBI, pihak RSPO dan lainnya.