Pontianak (ANTARA) - Tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) Kalimantan Barat berhasil menciptakan alat digital pendeteksi ketinggian air.
“Alat digital deteksi tinggi air ini sebagai alat pendukung mata kuliah praktek di laboratorium Hidrolika bagi para mahasiswa kami. Dan dengan telah di ciptakan nya alat pengukur air kegunaannya tidak hanya untuk kepentingan kuliah para mahasiswa akan tetapi juga dipergunakan untuk umum atau masyarakat dalam mengukur ketinggian air sungai,” kata Ketua Tim PPM, Eva Ryanti di Pontianak, Sabtu.
Eva menjelaskan sebelumnya alat digital deteksi tinggi air itu sudah melalui uji coba dengan hasil cukup memuaskan. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan terinspirasi dalam penciptaan alat digital sebagai pengganti alat manual oleh dosen dan mahasiswa Polnep khususnya jurusan teknik sipil.
“Selama ini untuk mengetahui tinggi air sungai dalam hal ini menggunakan flume sebagai saluran di laboratorium Hidrolika menggunakan meteran atau point gauge instrument. Dan diharapkan dengan alat digital diteksi tinggi air ini dapat mempermudah kita dalam mengukur dan mengetahui ketinggian air sungai secara cepat, mudah dan real time,” ungkap Eva.
Eva menjelaskan, prinsip kerja alat ini adalah mengukur ketinggian air dengan memanfaatkan output sensor sebagai media oleh mikrokontroler dalam mengambil keputusan untuk mengindikasikan apakah air pada sungai mengalami pasang atau surut. Sensor HC-SR04 bekerja dengan mentransmisikan gelombang ultrasonik 40.000 Hz (40kHz) yang merambat melalui udara. Saat merambat di udara, apabila gelombang tersebut menemukan halangan, gelombang akan dipantulkan dan terbaca pada sensor.
Menurutnya, dengan menggunakan waktu tempuh dari gelombang untuk kembali ke modul dan kecepatan suara, dapat ditentukan jarak antara modul sensor dan air. Mikrokontroler memproses data jarak tersebut sehingga dapat dikalkulasikan pula pasang atau surut air sesuai penempatan alat. Hasil dari kalkulasi tersebut lalu ditampilkan pada layar LCD 2x16 sebagai indikasi kenaikan atau turunnya tinggi air. Penggunaan LCD juga dapat mempermudah pengamatan saat dilakukan pengujian.
“Agar modul dapat mengeluarkan gelombang ultrasonik, pin Trigger harus dibuat HIGH selama 10 mikro detik (µs). Dengan begitu, modul akan mengirimkan 8 siklus gelombang sonik yang merambat dengan kecepatan suara lalu ditangkap kembali pada pin Echo. Pin Echo akan memberikan output berupa waktu tempuh gelombang kembali dalam mikro detik,” terang Eva.
Selain melakukan uji coba dan pelatihan penggunaan nya, alat digital deteksi tinggi air sungai itu kemudian di serahterimakan oleh Ketua Tim PPM, Eva Ryanti kepada pihak laboratorium Tehnik Sipil dan di terima langsung oleh Ketua Laboratorium Ikhwan Arief Purnama.
Serah Terima alat digital deteksi tinggi air itu ditandai dengan penandatanganan surat pelaksanaan PPM yang disaksikan oleh Ketua dan seluruh anggota tim PPM Polnep serta para mahasiswa.
Eva Ryanti mengatakan suksesnya kegiatan tersebut berkat dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari Direktur Polnep beserta seluruh jajarannya, Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Polnep, Ketua Jurusan Teknik Sipil Polnep dan Ikhwan Arief Purnama, selaku Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Polnep, Ida Zuraida, dan Harun Rasidi selaku dosen dan teknisi pengampu mata kuliah praktek Hidrolika dan seluruh anggota tim PPM yang saling bersinergi dalam pembuatan alat digital ini.
“Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga kegiatan PPM ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Saya berpesan kepada masyarakat sasaran agar bisa menjaga dan memanfaatkan alat digital deteksi tinggi muka air sungai dengan baik,” ujar Eva
Salah satu anggota TIM PPM Polnep, Harum Rasidi mengungkapkan alat ini penting sekali untuk kegiatan penelitian ke arah irigasi rawa, dampak gelombang pasang air laut, normalisasi sungai, serta pengambilan data debit sungai per jam, per detik, dalam waktu 24 jam.
Iin Arianti yang juga anggota Tim PPM Polnep menambahkan alat tersebut memiliki kapasitas maksimum kedalaman sampai 4 meter. Untuk peruntukan penggunaan alat maka dapat disetel datumnya, untuk saluran yang ada di Lab Hidrolika disetel datumnya 25 cm ke posisi dasar saluran (flume), pembacaan ketinggian air dapat terlihat di LCD dengan jelas.
Alat ini berdaya energi listrik, bila dilakukan praktek hidrolika untuk menentukan tinggi muka air dengan sungai, parit atau drainase sebagai saluran sesungguhnya di lapangan dapat menggunakan kabel data yang dihubungkan pada powerbank.
Selain itu ujarnya lagi, keuntungan dari alat ini bisa dikoneksikan ke komputer atau phonecell, dan datum bisa disetel sesuai kebutuhan. Penyetelan langsung dilakukan pada program komputer, yaitu library LiquidCrystal I2C oleh Frank de Brabander dengan versi 1.1.2 sehingga pada akhirnya data ketinggian air dapat dicatat dan dianalisa.
Bahan akrilik dipilih sebagai penampang alat dikarenakan strukturnya yang kokoh dan awet. Dengan berat yang relatif ringan, mampu menahan panas, dan memiliki pilihan warna dan transparan yang ditembus cahaya, serta mudah dibentuk. Pada alat ini digunakan akrilik transparan pada bagian LCD, serta akrilik berwarna di bagian lainnya.
Tim PPM mengakui, pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat itu bisa dikatakan berhasil dan sukses. Karena tujuan dan manfaat kegiatan PPM dapat diukur dari fungsi alat digital deteksi muka air sungai yang direncanakan.
“Animo khalayak sasaran dalam mengikuti aplikasi dan peragaan penggunaan alat sangat baik dan manfaat alat dapat membuat dosen dan mahasiswa menjadi mudah dan cepat dalam pengambilan data dan mendeteksi ketinggian air sungai,“ pungkasnya.