Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji meluncurkan Program Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah untuk Bantuan Pangan 2023 di Kantor Bulog Kota Singkawang.
"Berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 14.507 jumlah keluarga penerima manfaat yang ada di Kota Singkawang ini akan menerima pasokan cadangan beras dengan masing-masing KPM mendapatkan 10 kg selama tiga bulan ke depan," kata Sutarimdji saat melakukan kunjungan kerja di Kota Singkawang, Senin.
Sutarmidji mengatakan bahwa langkah yang diambil Bulog ini sangat baik dalam rangka mengendalikan harga beras sehingga dapat mencegah inflasi pada kebutuhan pokok utama masyarakat ini.
"Ini program yang bagus, bisa untuk mengendalikan inflasi di beras, InsyaAllah beras tidak akan inflasi. Kenapa perlu, agar meringankan beban bagi keluarga yang menerima sehingga dapat menjaga daya beli masyarakat tersebut," tuturnya.
Menurutnya, jika Pemprov Kalbar menjual beras subsidi, harganya Rp9.500 per kilogram, di pasar bisa menembus angka Rp12.000. Untuk itu ia berharap Bulog juga melakukan operasi pasar.
"Tapi ingat di pasar, jangan di balai desa/kecamatan, karena hal ini mencegah adanya spekulan-spekulan di pasar. Kemudian, tak hanya program beras sama, gula pasir juga, jika naik, langsung operasi pasar, demikian minyak goreng juga jika naik, langsung operasi pasar, biar para spekulan itu tidak sempat menaikkan harga, kalau perlu mereka yang harus kuti harga kita," katanya.
Tak hanya itu, ia juga menilai dengan adanya program ini, mampu menjaga stabilitas perekonomian masyarakat.
Namun, ia tidak memungkiri ada perlakuan khusus terkait kebutuhan bahan pokok di kota itu dimana konsumsi daging babi yang cukup tinggi apalagi pada perayaan tertentu karena jumlah warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak yakni lebih dari 40 persen.
"Program ini baik sekali, agar mampu menjaga daya beli masyarakat supaya tidak menurun. Kalau menurun kemiskinan bisa bertambah. Jika inflasi tinggi, banyak perusahaan juga akan melakukan PHK, karena tak mampu membayar operasional dan harga bahan baku yang melambung," kata Sutarmidji.
Akibatnya, lanjut dia, angka pengangguran bertambah dan berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan. Kemudian, untuk Singkawang ini inflasi pada daging babi. Karena hampir 80 ribu ekor mati karena Flu Afrika.
"Apalagi disini masyarakat Tionghoa nya cukup banyak. Sementara agar mampu mengimbanginya, barang lain yang kita kendalikan" katanya.