Jakarta (ANTARA) - Chief Business Officer Superbank Sukiwan mengatakan, adaptasi serta inovasi yang cepat menjadi kunci bagi bank digital agar dapat bersaing di Indonesia.
Pesatnya perkembangan ekosistem bank digital di Indonesia saat ini menunjukkan besarnya potensi sektor tersebut.
“Produk dan layanan perbankan pada umumnya menawarkan hal yang serupa, tetapi yang membedakan tiap bank digital adalah bagaimana cara beradaptasi dan berinovasi dengan cepat untuk menyediakan solusi keuangan, pelayanan, dan user experience yang terbaik bagi nasabah” kata Sukiwan melalui keterangan di Jakarta, Selasa.
Data menunjukkan bahwa industri perbankan Indonesia penuh dengan peluang. Simpanan nasabah di bank-bank umum di Indonesia terus meningkat hingga mencapai Rp8.203 triliun di 2022, tumbuh lebih dari 8 persen dibandingkan 2021.
Nilai transaksi perbankan digital di 2022 meningkat 28,72 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp52.545,8 triliun dan diproyeksikan tumbuh 22,13 persen menjadi Rp64.175,1 triliun pada 2023.
Dalam hal kompetisi, Sukiwan melihat bahwa yang terjadi di industri saat ini bukanlah kompetisi antar bank digital, melainkan kompetisi dalam industri perbankan secara luas.
Menurut Sukiwan, kepercayaan konsumen menjadi hal fundamental bagi perbankan. Untuk mampu mendapatkan kepercayaan dari konsumen, sebuah bank digital perlu didukung oleh ekosistem dan para pemegang saham yang mempunyai reputasi baik. Kredibilitas tersebut yang mampu memberikan rasa aman dan proteksi bagi konsumen.
“Saat ini, kepercayaan terhadap layanan perbankan digital sudah terbentuk di kalangan masyarakat, di mana banyak orang sudah memiliki pengalaman menggunakan produk dan layanan perbankan digital. Sementara, kepercayaan terhadap brand sebuah bank akan dipengaruhi oleh reputasi para pemegang saham dari bank tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut, regulasi juga merupakan salah satu faktor pendorong di balik pertumbuhan perbankan digital. Sukiwan menilai peran dan dukungan regulator khususnya terlihat dari peraturan-peraturan baru yang diarahkan untuk mendukung pelayanna perbankan digital.
”Regulasi adalah salah satu faktor pendorong pertumbuhan bank digital di Indonesia. Regulasi yang mendukung tidak hanya akan membantu bank-bank digital meningkatkan skala bisnis, tapi juga mengurangi beban yang dapat menghambat kinerja mereka baik dari segi aturan maupun finansial,” katanya.
Adapun Superbank atau yang sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International, tengah bertransformasi menjadi bank yang berfokus pada layanan digital. Superbank memasuki era baru ketika menjadi bagian dari Emtek Group pada akhir 2021, diikuti oleh Grab dan Singtel pada awal 2022, dan KakaoBank pada 2023 sebagai bagian dari konsorsium.
Baca juga: Digitalisasi pemda dinilai efektif tingkatkan penerimaan
Adaptasi-Inovasi kunci keberhasilan bank digital RI
Selasa, 24 Oktober 2023 10:29 WIB