Pontianak (ANTARA) - Komunitas Peduli Api, The Power of Mama (TPoM) binaan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) menerima penghargaan Clean Air Championship Award 2023 untuk kategori Masyarakat Peduli Api (MPA) dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University dan Farmers’ Initiatives for Ecological Livelihood and Democracy (FIELD).
"Penghargaan itu diberikan oleh Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University dan Farmers’ Initiatives for Ecological Livelihood and Democracy (FIELD) Indonesia, yang saya terima di Kota Bogor, Jawa Barat, belum lama ini," kata perwakilan TPoM, Maimun di Ketapang, Kamis.
Menurut Maimun, penghargaan tersebut menjadi apresiasi yang sangat luar biasa, namun menjadi pemantik semangat bagi dirinya dan anggota TPoM lainnya untuk bisa berbuat lebih baik ke depan.
Dia mengatakan TPoM terinspirasi Dokter Karmele Llano Sanchez yang merupakan Direktur Utama YIARI sebagai inisiator kegiatan dari komunitas tersebut.
"The Power of Mama didirikan pada 8 Juni 2022 merupakan komunitas yang terdiri dari para perempuan lintas generasi dan terutama kaum ibu, yang tinggal di kawasan desa di sekitar Ketapang, Kalimantan Barat," tuturnya.
Komunitas tersebut bertujuan menjadikan kaum perempuan dan para ibu sebagai pelopor dalam menggerakkan kesadaran masyarakat sekitar untuk peduli terhadap lingkungan terutama dalam kegiatan-kegiatan pelestarian alam di kawasan tempat mereka tinggal.
"Kami tidak dibayar, apa lagi di gaji dan bukan merupakan suatu instansi, namun sebagai relawan yang bergerak di bidang lingkungan jadi kami menjadi bagian dari komunitas ini semata-mata dari hati nurani kami," katanya.
Ia menjelaskan bahwa kelompok The Power of Mama telah menerima sejumlah program peningkatan kapasitas yakni pelatihan menggunakan drone untuk memantau kawasan yang rawan kebakaran, SMART Patrol, public speaking, dan pemadaman kebakaran.
"Kami berharap The Power of Mama ini akan semakin berkembang, maju, juga bisa menginspirasi kaum wanita, kaum ibu-ibu tentunya yang ada di pedesaan karena kebakaran hutan dan lahan itu tentu beradanya di pedesaan seperti desa kami yang sering terjadi kebakaran," katanya berharap.
Sementara itu, Direktur Regional Fire Management Research Center (RFMRC) South East Asia yang menjadi bagian dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Bambang Hero Saharjo mengatakan penghargaan itu pertama kali diadakan pada 2022 yang dilatarbelakangi apresiasi atas peran dari Masyarakat Peduli Api, petani, masyarakat, instansi seperti DLHK, Manggala Agni, sampai ke tingkat perorangan.
Dia mengatakan sangat penting dalam hal memberi dukungan dan semangat semua level untuk sepakat menciptakan udara bersih dan mereka dibantu oleh satu tim riset dari United Kingdom yang menetapkan tujuh kriteria untuk pemilihan penerima award tersebut yang sebenarnya penghargaan internasional.
"Semoga penghargaan ini mampu memberikan semangat bagi semua pihak yang telah memberikan kontribusinya untuk mewujudkan hutan yang lestari," katanya.*