Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) Prof Dr Dr dr Eka J Wahjoepramono SpBS (K) PhD mengatakan kecerdasan buatan atau AI dapat membantu dokter dalam melakukan diagnosa lebih akurat.
“Sebagai dokter, kita dapat memanfaatkan sisi positif AI adalah dengan menggunakan AI untuk membantu mempermudah pekerjaan harian kita. AI dapat membantu dokter dalam membuat diagnosa yang lebih akurat, memprediksi hasil pengobatan pasien, dan mengidentifikasi rencana perawatan pasien,” kata Eka di Jakarta, Ahad.
Dengan demikian, AI dapat meningkatkan kualitas perawatan dan kepuasan pasien. Namun, tidak mungkin hal ini dapat dicapai tanpa adanya peran dokter.
Peran manusia tetap tidak tergantikan, terutama dari aspek humanis, kepedulian, empati, pengalaman sosial, dan tanggung jawab kepada pasien.
“Kita perlu belajar hidup berdampingan dengan teknologi yang ada,” katanya.
Dia menjelaskan, terdapat empat aspek pekerjaan dokter yang tidak bisa digantikan AI yakni dipercaya oleh pasien, komitmen dalam memberikan perawatan yang terbaik, berpengalaman dan bertanggung jawab, serta tidak selalu dapat diukur secara matematika.
Aspek dipercaya oleh pasien merupakan aspek yang berharga dokter, yang mana dokter tidak hanya memiliki pengetahuan medis tetapi juga mampu membina hubungan empati dan komunikasi yang baik dengan pasien.
“Sebagai seorang dokter, penting untuk memiliki komitmen dalam memberikan perawatan terbaik bagi pasien. Hal ini mencakup kemampuan dokter untuk memberikan diagnosis yang realistis, menjelaskan opsi perawatan yang tersedia, dan memberikan dukungan moral kepada pasien,” katanya lagi.
Kemudian, sebagai seorang dokter yang memiliki pengalaman yang banyak dan luas, dapat diterapkan dalam diagnosis dan perawatan. Dokter juga bertanggungjawab untuk menjaga keamanan pasien, mengikuti standar etika kedokteran, dan aktif dalam pembaruan pengetahuan medis.
“Selain itu, keputusan medis tidak selalu dapat dihitung atau diukur secara matematis. Meskipun data dan statistik penting dalam pengambilan keputusan medis, namun banyak aspek dalam praktik kedokteran yang melibatkan pertimbangan kompleks, termasuk faktor manusiawi, kondisi psikologis, dan preferensi pasien,” katanya.
Pendiri Lippo Group dan FK UPH, Dr (HC) Mochtar Riady, menekankan pentingnya perhatian terhadap perkembangan AI dalam mendukung pekerjaan dokter di era revolusi industri 4.0. AI diyakini memiliki potensi besar untuk mengubah cara hidup dan bekerja manusia.
“Meskipun AI dapat membantu dokter dalam melakukan diagnosis dan pencegahan, kita tidak boleh melupakan peran penting manusia, terutama dalam hal empati dan perhatian terhadap pasien,” kata Mochtar.
Baca juga: Indonesia punya potensi jadi Hub Digital Global di Asia
Baca juga: Yandex meluncurkan produk AI untuk bisnis dan kreatif YandexART